Sabtu, Desember 29, 2007

Asistensi Pengembangan Bisnis UKM

Program PHK A2 Batch II yang diselenggarakan di Guest House pada Bulan November 2007. dengan mengundang Bapak Dwi Larso dari ITB. Diikuti oleh Dosen TIP. Dari Lab Bioindustri hadir Pak Wig, Pak Nur, Bu Hindun dan Bu Nia.

Akan dibentuk unit konsultasi dengan UKM sehingga Lab dirancang menuju Pilot Plant. Konsultasi dari dosen masih bersifat perorangan. Sehingga perlu dibentuk lembaga agar terorganisir.Peralatan pendukung sudah disiapkan. Saat ini yang baru berjalan adalah produksi minuman namun baru untuk kalangan sendiri.

Diharapkan program ini nantinya juga mampu menjadikan mahasiswa untuk berbisnis dengan baik. Diharapkan dg wadah ini UKM juga dapat menjadi narasumber dalam proses belajar mengajar. Dapat pula dilakukan praktikum di stakeholder selain di Laboratorium.
Sebaiknya lembaga yang akan kita bentuk seperti apa?
Diharapkan menjadi sumber pengembangan keilmuan dan income generating Jurusan.

Diharapkan Dosen mulai sadar bahwa entrepreneur harus ditempatkan sebagai suatu keharusan.

Melakukan yang riil.
Apakah akan ada satu hari penuh bicara dengan stakeholder sehingga menjadi plan yang pasti.
Misal kita akan masuk pada bisnis kecil agroindustri atau UKM?
stakeholdernya siapa? – di bawah Jurusan? akademik, bisnis, goverment (ABG). Akademisi: dosen TIP, alumni, mahasiswa. Bisnis: kecil, asosiasi (KADN, HIPMMI), IPB . Kerja dengan asosiasi sangat perlu. Goverment: Disperindag, Dinas-dinas yang terkait. (malang raya, jawa Timur?)
Visioning: satu hari bicara, setiap orang dan stake holder harus tahu badan ini: visi, misi, tujuan dsb. : pengembangan UKM, pengembangan entrepreneurship,(ada potensi sangat besar di mahasiswa sebagai entrepreneur sehingga peluang produk baru dari lab dapat ditangkap oleh mereka. SDM ini menjadi tumpuan harapan untuk membisniskan) transfer Knowledge (sebagai dosen melakukan pendidikian penelitian, publikasi) Knowledge creation: perlu dikembangkan yang sesuai dengan situasi.
Organisasi: misal 2017 (10 tahun ke depan) badan kita akan jadi seperti apa. Misal penggerak agribisnis di Jawatimur (ini dapat diukur), pendatan alumni( jadi apa). Adanya visi maka mimpinya jangan kecil. Bisnis harus tahu untung atau rugi. Harus responsif. Oragisasi seperti apa untuk mencapai visi: cepat mengambil peluang, teamwork, value nya apa? Job desk masing2. team harus solid. Ada Direktur, asosiate direktur (dosen), asisten direktur (MBA), di bawahnya ada manajer (klinik usaha kecil, coaching oleh alumni tergantung topik, Praktek dulu baru teori.
Kerjasama dengan sumber pembiayaan (Bank, Perusahaan) untuk penyakuran ke UKM
jaga hubungan dengan asosiasi
UKM: mahasiswa magang skripsi misalna di UKM untuk membantu misal sistem produksi, marketing, plant layout.
Pengembangan Kewirausahaan: bisnis plan competition. Mahasiswa yang pernah membuat rencana bisnis maka dia akan 3 kali lipat kemungkinan menjadi entrepreneurship.
Entrepreneurship club. (19 desember 2007 di bentuk di ITB) (techno entrepreneurship). Kerjaaanya mengundang pembicara yang berhasil misal sebulan sekali. Dengan iuran. Kegiatan informal. Sehingga menjadi penghubung antara mahasiswa yang baru lulus dengan pelaku bisnis langsung.
Entrepreneurship forum. Misal sebulan sekali entreprenuer datang kaitkan dengan club.
Semua bagus, tapi butuh duit cari kemana? Ada kumpulan bersama misal alumni. Ang yang terkumpul untuk membiayai bisnis yang akan dikembangkan alumni. Uang yang ditanam adalah beresiko jadi pelaku ini harus pula entrepreneur. Saat mau diluncurkan harus dibicarakan. Apa yang membuat anggota mau. Dalam 10 byulan hanya sebagai simpan pinjam. Dapat bentuk koperasi atau lainnya tergantung kesetujuan. Yang setuju yang dananya diikutkan dengan diberitahu resikonya. Misal jika rugi mengganti berapa kalau untung membayar berapa. Jika telah berjalan baik bagaimana dengan saham yang ditanaman di awal.
pameran bisnis plan competition.
entrepreneur in resident pengusaha yang mau membantu, dia kita kasih ruang untuk membina mahasiswa. Mereka juga bisa mengajar.
Entrepreneurship development: yang melangkah ke entrepreneur kita mentor dg pelaku langsung. (mahasiswa dengan pelaku)
Akademis: ada share knowledge. Untuk saling diberikan yang kita anggap memerlukan. Misal dari koran, majalah, jurnal dsb.
Inkubator: mentor, training, ada tempat. Ada batasan waktu. Dari mulai nol. Dari tahun ke nol ke tahun ke dua dia harus sudah tahu semua mulai proses, accounting, pajak dsb. Proses seleksi ketat. Yang benar-benar potensi besar. Dibimbing, di cek meningkat tidak?

Dosen tidak perlu bermain langsung sebagai bisnis. Tapi sebaiknya dikerjakan orang lain. Orang tersebut misal sebagai dirut. Bisnis itu muncul dari mimpi. Karena dosen tidak dapat 100% sehingga jadi masalah.
Jumlah entrepreneur di Indonesia tidak banyak.
Pusat pengembanga ini sebagai mediator: dosen cukup dua lainnya entrepreneur.

Planning
Kerja itu harus kelihatan hasilnya (visible management).
Misal visi 2017 akan menjadi ........, kemudian dipecah lima tahunan. Apa ukuran-ukurannya untuk mencapai (Bisbis skala apa dsb semua harus dapat diukur)

Sabtu, Desember 22, 2007

Rencana Kerja Lab Bioindustri

Laboratorium Bioindustri untuk tahun 2008 memiliki rencana program kerja:

Bidang Pendidikan:
  1. Membuat Buku ajar
  2. Membuat Pedoman Praktikum
  3. Membuat Intruksi Kerja Prosedur
Bidang Penelitian:
  1. Tiap dosen diharapkan memiliki bidang keahlian berdasar penelitian danpublikasinya.
  2. Tiap dosen minimal satu kali mempublikasikan 1 naskah di seminar atau jurnal (sesuai kompetensinya)
Bidang Pengabdian:
  1. memiliki pengabdian sesuai kompetensinya
Ada tambahan?

Rabu, Desember 12, 2007

Bu Atifah mengikuti pelatihan Confocal

Pada bulan November ini bu Atifah mengikuti pelatihan APLIKASI CONFOCAL LASER SCANNING MICROSCOPY (CSLM) Dalam Bidang teknologi Pangan yang diselenggarakan oleh Lab Sentral Imu hayati.

Confocal Laser Scanning Microscopy (CLSM) adalah teknik mikroskopi cahaya yang akhir-akhir ini berkembang sangat pesat, teknik ini memungkinkan pengamatan sampai pada tingkatan tertentu yang diinginkan pada sample berukuran tebal. CLSM mampu meningkatkan resolusi sepanjang sumbu pengamatan dan memungkinkan pemotongan secara optik. Preparasi sample untuk CLSM tidak membutuhkan waktu lama dan hanya sedikit/tidak merubah struktur dari bahan yang diamati.

CLSM mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan mikroskopi optik konvensional, diantaranya adalah kemampuannya untuk mengontrol kedalaman bidang pandang, dan eliminasi/reduksi latar belakang (background) yang tidak diinginkan. Kunci utama pendekatan confocal adalah penggunaan teknik filtrasi spasial (spacial filtering technique) untuk menghilangkan cahaya out of focus atau glare pada spesimen yang ketebalannya melebihi bidang pemfokusan (plane of focus). Perkembangan popularitas yang luar biasa dari CSLM disebabkan antara lain karena kemudahannya untuk mendapatkan gambar dengan kualitas yang sangat tinggi dan dipicu oleh adanya peningkatan riset dalam biologi sel yang memerlukan pengamatan sel dan jaringan dalam keadaan hidup.

Penggunaan CLSM dalam penelitian-penelitan di bidang pangan di luar negeri sudah banyak digunakan. Hal ini terkait dengan kebutuhan akan pengetahuan struktur mikro bahan pangan. Stuktur mikro dari bahan pangan secara signifikan mempengaruhi karakteristik pengolahan seperti pelepasan flavor dan tekstur dll., dengan demikian kajian tentang struktur mikro pangan memberikan kunci bagi pemahaman dan pengendalian perilaku pangan (food behaviour). CLSM adalah salah satu teknik mikroskopi yang sangat penting untuk mempelajari struktur mikro (micro structure) berbagai jenis bahan pangan, khususnya produk berbasis susu (dairy products) karena kemampuannya untuk memotong sample secara optik (optically section). Hal ini akan menghasilkan pandangan tiga dimensi dari produk pangan dengan sesedikit mungkin gangguan pada sample, sehingga memberikan keuntungan besar saat mengamati sample yang sensitif terhadap proses pemotongan seperti pada keju lunak dan mentega dimana teknik-teknik mikroskopi lainnya akan melibatkan perusakan fisik pada sample. CSLM juga merupakan piranti yang efektif untuk mengidentifikasi kontaminan pada makanan.


Kamis, Desember 06, 2007

Tugas Magang dari LSIH ke LPPT UGM


Guna keperluan peningkatan kapasitas manajemen laboratorium maka pada tanggal 3 - 5 Desember ketua Lab Bioindustri (Pak Nur) ditugaskan oleh Laboratorium Sentral Ilmu-ilmu Hayati (LSIH) mengikuti magang akreditasi laboratorium di LPPT UGM. Magang diikuti tiga peserta, dua lainnya dari Kendari.
Selama magang diajarkan cara pembuatan Panduan Mutu, Prosedur mutu, Instruksi kerja dan data pendukung yangdilanjutkan dengan kunjungan Laboratorium mulai penerimaan sampel hingga analisis.
Dalam magang juga diajarkan cara mengkur ketidakpastian diserta contoh aplikasi.

Kamis, November 29, 2007

Kegiatan Pak Nur

Pada hari senin - rabu 26 - 28 November 2007. Pak Nur mengikuti pelatihan tentang manajemen data laboratorium di STIM-AMIKOM dengan materi:
1. Visual basic 6
2. SQL 2000
3. Teknik Pemrograman

Materi untuk latihan langsung mengarah bagaimana mengatur ketersediaan alat di lab dan manajemen peminjaman sehingga dihasilkan satu program yang dapat digunakan. Pelatihnya dalah Mas Prayitno dibantu Mas Ahli.

Pada hari kamis harus melakukan pendampingan penyusunan laporan akhir PHK A2 di Arsitek bersama Pak Cahyo.

Pada hari jum'at dan sabtu lembur pembuatan laporan di Jurusan

Minggu laporan fakultas

Senin - Rabu kembali ke Jogja untuk ikut magang audit laboratorium di UGM.

Minggu, November 18, 2007

Sejak hari sabtu hingga selasa di lakukan pelatihan bagi dosen dan mahasiswa di guesthouse UB. pada hari sabtu oleh Prof Gumira Said dan sekarang oleh Bapak Dwi Larso dari ITB dan Bu Agustina.
masalah dalam entrepreneur dapat didekati dengan riset pasar.
Analisis atribut, misalnya spidol kita pecah komponen-komponennya. kemudian kita pertanyakan misal kenapa bentuknya bulat panjang. lalu kita buat yang lain, dimana keunggulan kita.
dapat juga dilakukan dengan check list sekitar 120 pertanyaan, misal dapatkan ditambah fitur lain?, jumlah saat dijual apakah harus satu atau paket, dari segi tinta, misalnya tinta spidol yang cepat kering atau tidak bau, misal ada dua warna dalam satu spidol.
Relationship analysis. suatu produk dibikin matrik 2x2 siapa pengguna siap pembuat, misal kita bikin motor: siapa yang menggunakan (mhs, pengantara barang, ibu2) dsb penggunaan 9balap, boncengan, bawa barang dst), dibuat sel-sel dan dicelah mana belum ada pesaing.
Morpohological matrix, misal produk pembesih, bagaimana cara menggunakan 9dioleskna, disemprot, di lap dsb) atribut lain bahan (jel, serbuk padat, ketiga kemasan (botol, kartun dsb) sebanyak atribut yang ada dikombinasikan dicari yang paling mungkin.metode dua kolom kita pilih dua kata dan kita paksakan. misal (kata poster dan wc) harus dipaksanakan suatu bisnis yang ada posternya dan wcnya.
Analogi pada yang hampir sama misal mobil dan sepeda 9apa samanya dan apa bedanya) lalu ditemukan sepeda motor.
lateral research: paling kacau meliputi
  1. lateral thinking
  2. Forced relationship
  3. Creative stimuli: misal ada problem gelas diisi air ada embun diluar, gimana cara mengatasinya.
  4. Big winner. produk yg lagi diterima masyarakat misal bengkel modifikasi, design interior sesuai konsumen. kita bisa melihat pola kenapa produk2 ini bisa unggul. kita dikenal sebagai genY yaitu bersifat customize.
  5. Competitive analysis. melihat keunggulan kompetititor dengan dibreakdown semua komponen kemudia dia hitung biaya yang dibutuhkan kemudian dia hitung profit yang diambil.

Selasa, Oktober 30, 2007

Pelatihan Pengembangan Panduan Mutu


Pada hari ini pak Nur mengikuti pelatihan pengembangan panduan mutu laboratorium untuk penelitian kompetitif yang dilaksanakan oleh Laboratorium Sentral Ilmu Hayati Unibraw selama 2 hari (30 - 31 Oktober 2007) dengan materi:
1. Manajemen laboratorium ISO 17025:2005
2. penyusunan panduan mutu (level 1)
3. Penyusunan dokumen panduan mutu (level 2)
oleh Dr.Ir Sutanto Hadisupadmo, MT (ITB)
Hari kedua:
1. kalibrasi
2.dokumen level 3
3. tugas
oleh Dr Trijoko Raharjo

Jumat, Oktober 26, 2007

Kunjungan Lab Mahasiswa S2 Double Degree

Pada hari selasa, 23 Oktober 2007 sebanyak kurang lebih 30 mahasiswa S2 Double degree Unibraw melakukan kunjungan lab. Mereka tugas belajar dari ebrbagai daerah di Indonesia untuk bidang Bioteknologi Agroindustri. di Lab mereka melihat aktivitas yang dilakukan terutama yang ebrkait dengan bioindustri dan inovasi penyediaan alat laboratorium untuk mengantisipasi mahalnya alat penelitian Bioteknologi.
Kunjungan lab ini mereka di atar oleh Pak aji
Di Lab mereka dipandu oleh ketua Lab, laboran dan asisten bioindustri
selamat belajar di Brawijaya.
salam

Minggu, Oktober 07, 2007

Scale up Pabrik Etanol

Pada hari minggu ini dilakukan pelatihan scale up tentang pabrik etanol skala 8000 liter perhari dengan sistem daur ulang. pak Dr.Ir. kaseno juga memberikan duplikat laporan penelitian RUT (Pengembangan proses daur ulang untuk limbah fermentasi berbahan baku molase dengan teknologi membrab) tentang boetanol dengan teknologi membran.
Limbah di treatment dengan ultra filtrasi. Limbah fermentasi yang berupa sludge setelah dibakar kaya akan kalium sehingga dapat digunakan sebagai pupuk.
Pad unit pabrik etanol peralatan harus ada molases storage untuk satu bulan kerja, air , unit seedling untuk membiakan bakteri sendiri sehingga lebih murah kemudian fermentor.
Limbah harus ditampung dan berjalan kontinyu. pada pengolah limbah dilengkapi dengan unit ultra filtrasi limbah yang masuk harus tidak boleh mengandung partikel lebih dari 50 mikron. hasil dari UF masuk ke tangki vinae yang akan dicampur dengan molase.
dalam incenerator (berlangsung 24 jam), abu diolah sesuai kemauan pasar umumnya dalam bentuk granule.
Etanol yang dihasilkan adalah kualitas BBM. Dengan destilasi 78 celsius masih tercampur berbagai hasil fermentasi. Jika digunakan untuk industri maka destilasi terdiri dari 4 kolom.
Pelatihan berlangsung sampai hari senin.
selamat berlatih semoga bermanfaat.

Jumat, Oktober 05, 2007

Workshop Scalling Up Agroindustri

Pada hari Sabtu dan minggu 6 - 7 Oktober 2007 Seluruh staf TIP mengikuti workshop yang diberikan oleh Ir. Arif Adiani. M.Eng dengan materi:
1. Konsepsi dan definisi scalling up
2. Tahapan penelitian dan pengembangan/peningkatan kapasitas produksi dari skala laboratorium hingga skala industri pada agroindustri
3. metode perhitungan penggandaan skala (tool yang digunakan untuk melakukan penggandaan skala)
4. Faktor biaya dalam penggandaan skala
5. beberapa contoh aplikasi penggandaan skala dalam agroindustri (Studi kasus industri etanol)

Kamis, Oktober 04, 2007

Pea starch used as edible film with antimicrobial activity

Pea starch, which has inherently good gel strength, was used as the source material for manufacturing a biodegradable and bioactive packaging material. Extrudates containing 99% pea starch and 1% lysozyme were produced under various extrusion conditions.

The expansion of extrudates increased with an increase in die temperature, whereas increasing moisture content had the opposite effect. Extrudate densities decreased as extrusion temperature increased, whereas lower moisture content in the extrudate dough decreased extrudate densities.

The elastic modulus and fracture strengths were highly correlated in a power-law fashion to relative density, showing that the mechanical properties of extrudates were dependent on solid density and foam structure. Up to 48% of the initial lysozyme activity was recovered from the extruded pea starch matrix.

The lysozyme released from extrudates showed an inhibition zone against Brochotrix thermosphacta B2. Extruded pea starch matrix containing lysozyme has potential application as an edible and biodegradable packaging material with antimicrobial activity.

From:
Extrusion of Pea Starch Containing Lysozyme and Determination of Antimicrobial Activity
Journal of Food Science. OnlineEarly.
doi:10.1111/j.1750-3841.2007.00513.x

Selasa, Oktober 02, 2007

Response of Spores to High-Pressure Processing

Elaine P. Black., Peter Setlow., Peter Setlow., Cynthia M. Stewart., Alan L. Kelly., and Dallas G. Hoover

Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety
Volume 6 Issue 4 Page 103-119, October 2007

ABSTRACT:
This review focuses on the responses of microbial spores to food processes that incorporate high hydrostatic pressures. While the majority of information deals with spores of Bacillus species, spores of Clostridium and Alicyclobacillus species are also discussed, and a section of the review surveys the responses of fungal spores to high-pressure processing. The mechanisms of the germination of bacterial spores are outlined in detail with regard to spore physiology and structure, along with molecular aspects of germinants and the interaction with spore receptors. Use of treatments combining pressure and temperature for a range of different food products is reviewed, including examples of hurdle technology employing high hydrostatic pressure. Pressure-assisted thermal sterilization is also discussed

Jumat, September 28, 2007

Stulabo 2007

Pada hari sabtu, 22 Septembre 2007 dilaksanakan stulabo bagi mahaiswa angkatan 2007. Dalam stulabo dilakukan pemaparan materi oleh ketua lab dan dilanjutkan kunjungan ke Lab. di Lab Bioinustri yang menyajikan materi adalah Pak Nur sedang di Lab Bu Nia, mbak Yuli dan dibantu asisten bioindustri.

Selasa, September 25, 2007

Turut Berduka cita

Seluruh staf dan laboran Bioindustri mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya ayah mertua Bapak Sukardi pada hari Senin pukul 16.10. semoga amal ibdah beliau diterima Allah SWT dan keluarga yang ditinggal selalu dalam lindungan Allah SWT. amiin.

Rabu, September 19, 2007

Kelompok Diskusi Bioindustri




Kelompok 1 (Sayur Asin) Asisten Meti Putriani


Kelompok 2 (Kecap) Asisten Nur Aini


Kelompok 3 (Tauco) Asisten Dhita Morita I


Kelompok 4 (Yoghurt) Asisten Etyka Dwi Oktora


Kelompok 5 (Keju) Asisten Eva Novitasari


Kelompok 6 (Tape) Asisten Evita Nasdiyah


Kelompok 7 (Kefir) Asisten Nisfiana Intan P


Kelompok 8 (Wine) Asisten Ristiany K


Kelompok 9 (Nata) Assisten Vitta Rizky P


Kelompok 10 (Asam sitrat) Asisten Arie Pramitadevi




Asisten Kelas: Laila Fitriya, STP


Laboran : Yuli Erna Widyasari, AMd

Selasa, September 18, 2007

Yogurt

a. Kultur sarter
Kultur yoghurt mempunyai peranan penting dalam proses asidifikasi dan fermentasi susu. Kualitas hasil akhir yoghurt sangat dipengaruhi oleh komposisi dan preparasi kultur starter. Komposisi starter harus terdiri bakteri termofilik dan mesofilik , yang umum digunakan adalah Lb. Bulgaricus dengan suhu optimum 42o-45°C dan Streptococcus thermophilus dengan suhu optimum 38o- 42°C. Perbandingan jumlah starter biasanya 1:1 sampai 2:3. Selama pertumbuhan terjadi simbiosis antara kedua jenis bakteri. S. thermophilus akan berkembang lebih cepat mengawali pembentukan asam laktat melalui fermentasi laktosa, pertumbuhan ini terus berlangsung sampai mencapai pH 5,5. Selain itu juga akan dihasilkan senyawa-senyawa volatil dan pelepasan oksigen, kondisi ini memberikan lingkungan yang sangat baik untuk pertumbuhan Lb. Bulgaricus. Aktivitas enzim proteolitik dari Lb. Bulgaricus menyebabkan terurainya protein susu menghasilkan asam-asam amino dan peptide-peptida yang akan menstimulasi pertumbuhan Streptococcus. Lactobacillus juga akan menguraikan lemak menghasilkan asam-asam lemak yang memberikan flavor khas pada produk akhir yoghurt. Jika dikehendaki yoghurt dengan keasaman yang tidak terlalu rendah maka diperlukan komposisi starter yang berbeda, biasanya digunakan Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium bifidum.

Jumat, September 14, 2007

Proses Transformasi

Sel mikrobia dapat digunakan untuk mengubah senyawaan menjadi senyawa lain yang secara struktur berkaitan, yang mana senyawa yang dihasilkan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Reaksi yang dapat mengkatalisis misalnya dehidrogenasi, oksidasi, hidroksilasi, dehidrasi dan kondensasi, dekarboksilasi, aminasi, deaminasi dan isomerasi. Contoh proses transformasi adalah mengubah alkohol menjadi asam asetat. Proses transformasi dapat juga digunakan untuk produksi antibiotik. Sel yang amobil juga merupakan usaha proses transformasi yang dapat digunakan berulang

Senin, September 10, 2007

Probiotik

Kehidupan masyarakat sekarang penuh dengan aktivitas, tekanan stres, terpaan radiasi, kemoterapi perubahan cuaca serta kurangnya olah raga. Salah nutrisi dan gizi sering menjadi penyebab kurang baiknya kesehatan tubuh kita bahkan dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh kita. Pola makan yang tidak baik belum lagi jenis makanan yang masuk sering mengakibatkan keseimbangan mikroflora dalam tubuh terganggu akibatnya perut merasa tidak enak bahkan dpat menyebabkan sakit.Probiotik merupakan organisme yang baik bagi tubuh sehingga mampu menekan bakteri yang tidak diharapkan. Keberadaannya dalam usus juga dipengaruhi oleh umur. Makin tua jumlah bakteri probiotik makin berkurang sehingga perlua asupan aktif. salah satu cara adalah mengkonsumsi minuman probiotik baik yang dari susu ataupun produk lainnya. baik beli mapun membuat sendiri.
dalam buku ini dijelaskan cara membuat minuman probiotik dan prebiotik yang sederhana sehingga dapat dilakukan sendiri. Buku ini diterbitkan oleh Trubus Agrisarana Surabaya ditulis oleh Pak Nur, Bu Nia dan Bu Wike.

Jumat, September 07, 2007

Aneka Olahan Ampas Tahu


Limbah industri pangan umumnya masih mengandung serat, karbohidrat, protein, dan lemak. Oleh karena itu, sebaiknya diupayakan pemanfaatannya menjadi produk pangan lain yang bernilai ekonomi tinggi. Salah satu contoh limbah industri pangan yang dapat dikonversikan ke produk lain adalah ampas tahu.

Selama ini ampas tahu hanya dimanfaatkan sebagai pakan dan tempe menjes. pdahal dengan modal yang relatif kecil ampas tahu dapat diolah menjadi tepung, kerupuk, kecap, rengginang, cookies, stik dan sebagainya. Anda berminat untuk memanfaatkan peluang ini sebagai salah satu alternatif penghasilan tambahan? semak proses pembuatannya secara lengkap dalam buku ini yang dapat diperoleh di toko-toko buku. buku diterbitkan oleh Trubus Agrisarana Surabaya.

Selamat mencoba semoga sukses.

Kamis, September 06, 2007

Audit Manajemen Internal


pada hari ini 6 september 07 dan besok Program PHK A2 mengadakan kegiatan auidt manajemen internal dari UBAYA. ketua lab bersama pejabat Jurusan mendapat kesempatan pertama untuk diwawancarai kemudian dilanjutkan dosen dari tiap Lab. Untuk Lab bio diwakili Bu Hindun dan Bu Atifah. besok wawancara dengan laboran dan kunjungan lab kemudian evaluasi.

semoga pelaksanaan berjalan baik dan ada perbaikan yang dapat dilakukan. amiin

Rabu, September 05, 2007

Turut Berduka Cita

Segenap Staf dosen dan laboran Bioindustri mengucapkan turut berbela sungkawa atas meninggalnya Bapak dari Bu Isti dan Ibu Mertua Pak Singgih. Semoga amal ibdahnya diterima disisi Allah SWT dan yang ditinggal memperoleh kekuatan iman.

Kamis, Agustus 30, 2007

Rapat Hibah Pengajaran

Tahun ini lab Bioindustri dapat hibah pengajaran untuk mata kuliah Bioindustri sehingga dilakukan rapat untuk merencanakan program kuliah yang akan dilakukam.
dalam rapat diputukan bahwa sistem pengajaran mencakup:
1. Tugas terstruktur (25%) : sebanyak 8 tugas (laporan dan presentasi)
2. Praktikum (20 %) : 4 acara
3. Studi kasus (15 %) : 2 kasus sebelum dan sesudah UTS
4. Quiz (10 %) : Tiap kali kuliah
5. UTS (15 %)
6. UAS (15 %)

Pembagian Materi Kuliah:
1. Pendahuluan - WJT
2. Bahan Baku - WJT
3. Bakteri - WJT
4. Khamir - WJT
5. Kapang - NHT
6. Penyiapan Kultur - NAF
7. Kultr Batch - NAF
8. Kultur fed-batch dan Kontinyu - NAF
9. Fermentasi substrat padat - IRN
10. Fermentasi substrat cair - IRN
11. Fermentor - IRN
12. Pemurnian Produk - NAF
13. Pengembangan produk - NHT
14. Pemasaran produk - NHT

Demikian rencana kuliah, jika ada komentar atau saran dipersilahkan.

Rabu, Agustus 29, 2007

STaf Lab yang Tugas belajar

Saat ini staf lab bioindustri yang tugas belajar ada dua yaitu:

Bu Hindun menempuh S3 di TIP FTP Unibraw Malang.

Bu Neneng menempuh Master di Environmental Management School of Geography Planning and Architecture The University of Queensland.

Seluruh staf dosen dan laboran mengucapkan selamat belajar semoga sukses selalu

Selasa, Agustus 28, 2007

Pengukuhan Guru Besar Bu Trisye

Pada Hari Senin Pak Wigf dan Pak Nur berangkat ke Jogja untuk menghadiri pengukuhan Guru besar Prof.Dr.Ir. Endang Sutriwati Rahayu di UGM dalam bidang Mikrobiologi Pangan dengan pidato pengukuhan:Prospek Bakteri Asam Laktat Hasil Rekayasa Genetika Di Bidang Industri Pangan".
Selamat buat Bu Trisye dari kami semua.

Jumat, Agustus 24, 2007

Jus Tomat probiotik

Pada hari Jum'at 24 Agustus 2007 Bu Nia dibanti Yuli dn dua siswa SMK yang sedang PKL melakukan penyuluhan dalam rangka pengabdian ipteks di Desa DAU.
penyuluhan mengenai pembuatan jus tmat probiotik agar tomat yang kita minum selain menyegarkan dan kaya vitamin juga mempunyai muatan probiotik yaitu bakteri yang baik bagi saluran pencernaan kita.
semoga masyarakat yang mendapat penyuluhan mampu memanfaatkan sehingga apa yang telah disampaikan tidaklah sia-sia
selamat buat Bu Nia
semoga makin banyak karyanya.

Kamis, Agustus 23, 2007

Hydrogen is the central free intermediate during lignocellulose degradation by termite gut symbionts

Michael Pester1 and Andreas Brune

The ISME Journal advance online publication, 2 August 2007
http://www.nature.com/ismej/journal/vaop/ncurrent/abs/ismej200762a.html

Abstract
The key role of free hydrogen in the digestion of lignocellulose by wood-feeding lower termites and their symbiotic gut microbiota has been conceptually outlined in the past decades but remains to be quantitatively analyzed in situ. Using Reticulitermes santonensis, Zootermopsis nevadensis and Cryptotermes secundus, we determined metabolite fluxes involved in hydrogen turnover and the resulting distribution of H2 in the microliter-sized gut. High-resolution hydrogen microsensor profiles revealed pronounced differences in hydrogen accumulation among the species (from <1 kPa to the saturation level). However, flux measurements indicated that the hydrogen pool was rapidly turned over in all termites, irrespective of the degree of accumulation. Microinjection of radiotracers into intact guts confirmed that reductive acetogenesis from CO2 dominated hydrogen consumption, whereas methanogenesis played only a minor role. Only negligible amounts of H2 were lost by emission, documenting an overall equilibrium between hydrogen production and consumption within the gut. Mathematical modeling revealed that production dominates in the gut lumen and consumption in the gut periphery for R. santonensis and Z. nevadensis, explaining the large accumulation of H2 in these termites, whereas the moderate hydrogen accumulation in C. secundus indicated a more balanced radial distribution of the two processes. Daily hydrogen turnover rates were 9–33 m3 H2 per m3 hindgut volume, corresponding to 22–26% of the respiratory activity of the termites. This makes H2 the central free intermediate during lignocellulose degradation and the termite gut—with its high rates of reductive acetogenesis—the smallest and most efficient natural bioreactor currently known.

Keywords: hydrogen turnover, metabolite fluxes, methanogenesis, quantitative degradation model, reductive acetogenesis, symbiosis

Selasa, Agustus 14, 2007

Jadi Yuri LKTI SMA di UMM

Pak Nur dipercya oleh Jurusan THP UMM untuk menjadi yuri pada lKTI tingkat SMA/SMK/MA tingkat nasional di UMM pada hari senin 13 Agustus 2007. Acara dilakukan dalam rangkak program PHK A2 THP UMM.

Jumat, Agustus 10, 2007

Pelatihan Sistem Mutu

Pada tanggal 7 sampai dengan 9 agustus, bu Hindun, Bu Atifah dan pak Nur ikut pelatihan di Lab pangan.
Tanggal 7 tentang Metode kalibrasi peralatan uji proksimat yang diberikan oleh Bapak Surackmad dan Pak Ganngsar dari Balai Pengujian Sertifikasi Mutu barang Surabaya.
Tanggal 8 pelatihan implementasi sistem mutu lab oleh bu Bintang
Tanggal 9 Workshop proses akrediatasi lab oleh bu Bintang
Tanggal 10 Pak nur dan Bu Hindun ikut asistensi penyusunan panduan mutu lab.

Senin, Agustus 06, 2007

Tempe Gembus 3

"Menurut peneliti dari Lembaga Eijkman Herawati Sudoyo, pada kondisi tertentu bakteri itu memang bisa tumbuh di produk lain. Penelitian Meng dkk di China menunjukkan, B cocovenenans ditemukan di tepung jagung yang difermentasi serta jamur putih (Tremella faciformis) yang membusuk.

Herawati menjelaskan, racun B cocovenenans, yaitu asam bongkrek dan toksoflavin, menghambat rantai respirasi pada mitokondria sehingga produksi Adenosine triphosphate (ATP) terganggu dan energi bagi sel tidak terbentuk. Akibatnya, sel jaringan tubuh rusak. Hal itu tampak dari hasil otopsi korban yang menunjukkan kegagalan multiorgan. Gejala klinis keracunan asam bongkrek sama seperti yang diderita para korban, yaitu pusing, mual, muntah, kemudian meninggal.

Kasus keracunan gembus atau bongkrek, dalam sejarah sosial kita, mengindikasikan satu kecenderungan yang konstan: kemiskinan.

Namun, supaya tetap ilmiah, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman masih akan mengidentifikasi DNA bakteri itu."

regards,

ardy
sumber kompas.com edisi 2 agustus 2007

Jumat, Agustus 03, 2007

Rapat lab Bulan Agustus

pada tanggal 1 kemarin, lab mengadakan rapat bulanan. dalam rapat disepakati:
1. Pembuatan pedoman praktikum bioindustri dan Teknologi Mikrobial
2. Pembuatan materi pelatihan
3. pelaporan kegiatan laboratorium dari laboran ke kalab

pedoman praktikum disesuaikan dengan materi kuliah diharapkan selesai sebelum kuliah dimulai.
ada tambahan? komentar?

Kamis, Agustus 02, 2007

STUDIES ON THE TOXINS OF PSEUDOMONAS COCOVENENANS

Fatal food poisonings have repeatedly occurred amongst the natives of the densely populated parts of Mid-Java in Indonesia. These were caused by the eating of coconut-products (bongkrek) that had been inoculated with moulds (Rhizopus oryzae). A study of the background of these poisonings was made round about 1930. An extensive investigation brought to light the fact that sometimes a bacterium developed instead of the mould with which the defatted coconut was inoculated and this secreted a very active poison. This bongkrekic bacterium was identified as belonging to the genus Pseudomonas and it got the name Pseudomonas cocovenenans. The toxic compound, bongkrekic acid, was isolated from cultures of this microorganism on moist, defatted copra. This isolation was worked out by using extraction procedures followed by thin layer chromatography or liquid-liquid chromatography on Sephadex. The concentration of bongkrekic- acid at the different phases of isolation was determined by measuring the UV- absorption or the antibiotic activity against Cladosporium cucumerinum.
sumber: http://stinet.dtic.mil/oai/oai?&verb=getRecord&metadataPrefix=html&identifier=AD0431819

Tempe gembus beracun?

JAKARTA (KR) - Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengungkapkan, ‘penyakit misterius’ yang menjangkiti warga Dusun Beran dan Pete Desa Kanigoro Kecamatan Ngablak Magelang diduga kuat akibat bakteri pseudomonas cocovenenans yang berkembang biak dalam tempe gembus.

”Menurut informasi, mereka makan tempe gembus, makanya yang banyak kena itu ibu-ibu. Bapaknya sedang kerja. Kemungkinan besar keracunan itu disebabkan tempe gembus,” kata Menkes kepada wartawan di Depkes Jl HR Rasuna Said Kuningan Jakarta Selatan, Selasa (31/7).

Selain tempe gembus, kata Menkes, ada beberapa dugaan yang menyebabkan kematian warga di sana, yakni keracunan logam seperti arsen, cadmium, cromium serta keracunan bahan biologis. ”Dugaan keracunan logam masih perlu pemeriksaan lebih lanjut,” ujarnya.

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) I Nyoman Kandun juga mengatakan, keracunan disebabkan bakteri pseudomonas cocovenenans. ”Bakteri itu tidak hanya hidup di tempe bongkrek, tetapi juga di tempat lain seperti di tempe gembus. Kasus ini baru kali ini. Tetapi ini belum definitif, masih pemeriksaan lebih lanjut tentang logam berat dan insektisida,” tambahnya.

Dugaan keracunan tempe gembus di Magelang adalah yang pertama kali di Indonesia. Menurut informasi, korban di Dusun Beran dan Dusun Pete membeli tempe pada 21 Juli 2007 sebelum akhirnya KLB merebak pada keesokan harinya, tanggal 22 Juli 2007.

Kepala Dinkes Jawa Tengah Hartanto mengatakan pihaknya sudah memberikan pelatihan pada produsen tempe gembus bagaimana membuat produk yang aman. Hal ini dilakukan untuk mencegah kejadian serupa terulang lagi.

”Kita minta menggunakan alat-alat yang tidak menggunakan logam seperti kuali dan tampah. Itu sudah kami lakukan di lokasi produsen tempe gembus. Mereka juga diminta membuat tempe dengan tangan yang bersih,” jelasnya.
sumber: www.kr.co.id

Rabu, Agustus 01, 2007

Waste Definition and Classification

Sri SuhartiniPostgraduate student in The University of Queensland


There are many definitions of waste. According to McBean, et al. (1995), “Waste is a material that is cheaper to throw away than to use”. Furthermore, the Western Australian Government Department of Environmental Protection (2001) defines, “Wastes are (i) any substance that is discarded, emitted, or deposited in the environment in such volume, constituency or manner as to cause an alteration in the environment; (ii) any discarded, rejected, unwanted, surplus or abandoned substance; and (iii) any otherwise discarded, rejected, unwanted, surplus or abandoned substance intended for sale or for recycling, reprocessing, recovery, or purification by a separate operation from that which produced the substance.”

In addition, the types of wastes vary depending on their physical characteristics, components, and effects. According to Cutarao (2006), wastes, based on their physical characteristics, can be divided into “Solid wastes which are domestic, commercial and industrial wastes especially common as co-disposal of wastes (e.g. plastics, styrofoam, containers, bottles, cans, papers, scrap iron, and other trash; and liquid wastes which are in liquid form (e.g. domestic washings, chemicals, oils, wastewater from ponds, manufacturing industries, and other sources).” From their components, wastes can be characterized into two groups, “bio-degradable which can be degraded (e.g. paper, wood, fruits and others) and non-biodegradable which cannot be degraded (e.g. plastics, bottles, old machines, cans, styrofoam containers, and others).” Based on their effects on human and environment, wastes can be classified as “hazardous wastes, which are dangerous for commercially, industrially, agriculturally, or economically use, and non hazardous wastes, which are secure for commercially, industrially, agriculturally, or economically use.”


Numerous literatures define and divide solid wastes into different categories. Gottinger (1991, 3) defines solid wastes as “any garbage, refuse, sludge from a waste treatment plant, or air pollution control facility, and other discarded material resulting from industrial, commercial, mining and agricultural operations, and community activities.” Similarly, Tchobanoglous, et al. (1993, 3), add that solid wastes are all the wastes produced by human and animal activities which are solid and are discharged as unwanted.

It is clear that the solid waste quantity and composition (or component) is different in all societies, both in developing countries (e.g. Indonesia) and developed countries (e.g. Australia). Wahono, and Sahwan (1998), for example, state that the major compositions of solid wastes in major Indonesian cities (e.g. Jakarta, Bandung, and Semarang) are organic materials. This is supported by Tchobanoglous, et al. (1993) who mention that the distribution of components of residential municipal solid waste is typically different among countries, whereas developing countries produce more organic wastes than developed countries. Similarly, in companies or industries, the major composition of solid wastes is paper and paperboard wastes.

Clearly, there are many factors affecting the differences on solid waste composition. According to Bilitewski, et al. (1996, 3), these differences are caused by many factors, such as “level of consumption, production and packaging; standard of living; type of residence (yard space; degree of self-sufficiency); local conditions; and type and capacity of waste and recyclables containers.” Additionally, Rhyner, et al. (1995) add that the changes in product design, packaging materials, and buying habits have also changed the waste composition. This is also supported by Gupta, et al. (1998, 101) who found that the waste composition are depend on many factor such as “food habits, cultural tradition, lifestyles, climate and income etc”, which are found across all country around the world.

Obviously, solid wastes resources in all communities’ levels in developing countries (e. g. Indonesia) are quite similar with developed countries (e.g. Australia). In general, sources of solid wastes in a community are defined as “residential, commercial, institutional, industrial, and municipal services” (Tchobanoglous, et al. 1993, 40 and McBean, et al. 1995, 8) and “agricultural, construction and demolition, and treatment and plant sites which are depending on land use and zoning.” (Tchobanoglous, et al. 1993, 40) (see Table 2). Based on this figure, wastes resources in all level of society are generally similar, whereas wastes generation are relatively varied among these resources. For instance, in developed country, such as Australia, wastes are generated from agricultural (e.g. rice husks, macadamia shells, animal slurries, bagasse from sugar cane and timber mill residues), commercial and industrial, and household (BCSE 2005, 3).
Therefore, the main constituents of solid wastes are similar all over the world. However the quantity, the density and the proportion of these wastes generally vary among industries, countries, and communities, depending on the economic development level, geographic location, technology, and social conditions. These differences will lead to different approach on handling these waste problems.

References

Bilitewski, B., G. Hardtle, K. Marek, A. Weissbach, and H. Boeddicker. (1996), Waste Management, Springer, Berlin.

Gottinger, H. W. (1991), Economic Models and Applications of Solid Waste Management, Gordon and Breach Science Publisher, New York.

Gupta, S., and T. G. Lizon. 2004. Technical assistance (co-financed by the Canadian cooperation fund on climate change) to the Republic of Indonesia for the gas generation from waste project. Asian Development Bank. Retrieved September 9, 2006, from http://www.asiandevbank.org/Documents/TARs/INO/tar-ino-36557.pdf

McBean, E. A., F. A. Rovers, and G. J. Farquhar. (1995), Solid Waste Landfill Engineering and Design, Prentice Hall HTR, New Jersey.

Rhyner, C. R., L. J. Schwartz, R. B. Wenger, and M. G. Kohrell. (1995), Waste Management and Resource Recovery, Lewis Publishers, New York.

Tchobanoglous, G., H. Theisen, and S. Vigil. (1993), Integrated Solid Waste Management: Engineering Principles and Management Issues, McGraw-Hill, Inc, New York.

Wahono, S. and F. L. Sahwan. (1998). Indonesia: Solid waste composting trends and projects. BioCycle, 39, 64-68. Retrieved September 9, 2006, from Proquest Academic Research Library Database.

Selasa, Juli 24, 2007

Prakerin dari SMK Purwosari

Mulai 23 juli 2007 Lab Bioindustri menerima mahasiswa prakerin (praktek Kerja Industri) dari SMK Purwosari.
Tanggal 23 juli - 22 Agustus oleh Fitriatus Solikhah
Tanggal 23 Agustus - 23 September oleh may Susanti
semoga siswa ini dapat memperoleh ilmu yang bermanfaatn

Jumat, Juli 13, 2007

Wisata ke Kebun Teh

Pada hari rabu 10 Juli 2007 staf TIP termasuk pula staf bioindustri dan keluarganya megadakan wisata ke lawang pabrik teh wonosari. Selain mendapat penjelasan tentang proses pembuatan teh juga diadakan keakraban seluruh staf dan kelarganya.

Selasa, Juli 10, 2007

Pelatihan Olahan Jamur

Pada hari Sabtu, 7 Juli 2007 tela dilakukan pelatihan pengolahan jamur tiram menjadi permen jeli dan abon di Desa Sanan Rejo Turen. Selaku tim dari TIP adalah Bu Hindun dan pak Nur. Antusias warga sangat baik karena acara ini memang keinginan warga untuk mengantisipasi jika produk jamurnya melimpah atau memanfaatkan produk yang tidak terjual (subgrade).