Sabtu, Mei 08, 2010

Kakadu Plum


Oleh: A. Muzi Marpaung

Kakadu plum. Pernah dengar nama ini? Nama ilmiahnya lumayan indah : Terminalia ferdinandiana. Kemungkinan besar ia masih asing bagi kebanyakan kita. Buah ini adalah pemegang rekor tertinggi untuk kandungan vitamin C. Setiap 100 gram buah ini (100 gram kira-kira seukuran separuh jeruk kupas) mengandung 5000 mg vitamin C, atau setara dengan 5 butir Redoxon!

Alkisah, buah ini sudah dikenal sejak jaman prasejarah sebagai buah yang hebat yang dapat menyembuhkan beragam penyakit. Terkesan dengan cerita ini Dr George Kowalski menghabiskan waktu sekitar 10 tahun dengan helikopter untuk menyusuri jejak tanaman ini di seluruh wilayah Australia.

Hasilnya, kakadu plum berhasil dipelajari dengan baik dan sekarang menjadi salah satu super food paling spektakuler di dunia. Tidak cuma vitamin C, kakadu plum juga mengandung antioksidan, bermacam vitamin lain, serat, dan asam lemak omega 3.

Dan saya amat sangat yakin, yang semacam kakadu plum ini, ada di Indonesia. Itulah sebabnya, saya kira, mengapa salah satu kompetensi dasar dari pembelajaran sains di SD kelas 2 adalah :

"mengenal bagian-bagian utama hewan dan tumbuhan DI SEKITAR RUMAH DAN SEKOLAH melalui pengamatan".

Jika kita ingin membangun sebuah bangsa yang inventif dan inovatif, maka cara berpikir ilmiah perlu dibangun sejak pendidikan dasar. Salah satu keterampilan ilmiah yang perlu dimiliki adalah mengamati. Dan yang paling utama untuk diamati adalah yang ada di sekitar anak-anak. Maka seyogyanyalah obyek pembelajaran sains di masing-masing daerah BERBEDA satu sama lain, meskipun topiknya sama.

Ambil contoh lagi, pembelajaran tentang tumbuhan yang menguntungkan. Apakah anak-anak yang tinggal di Jakarta tahu, bahwa pada suatu masa dulu (mungkin juga masih tersisa sekarang) cairan kembang teleng yang berwarna biru digunakan sebagai obat tetes mata bayi yang bermanfaat untuk membersihkan mata dari kotoran dan membuatnya jernih. Apakah kembang teleng ini diperkenalkan kepada anak-anak SMA kita sebagai indikator asam dan basa alami? Atau akan seterusnya kita selalu mencontohkan red cabbage (kol merah/kol ungu) sebagai indikator alami? Apakah kembang teleng tanaman asli Indonesia. Coba kita lihat nama latinnya : Clitoria ternatea

Apakah anak-anak di wilayah Jawa masih mengenal buah duwet (ada yang menyebutnya juwet) atau anggur jawa yang berwarna ungu tua, masam dan sepet? Atau mereka malah lebih mengenal anggur beneran yang aslinya adalah tanaman subtropis?

Apakah anak-anak di pulau Bintan masih mengenal buah kemunting atau buah letup-letup? apakah buah-buah ini pernah dibawa ke dalam kelas sebagai objek pembelajaran sains? Atau mereka lebih akrab dengan buah apel washington yang diimpor lewat Singapura?

Apakah anak-anak Sumatera Barat tahu bahwa tanaman khas propinsi mereka adalah Kayu Manis, dan apakah anak-anak Kalimantan Selatan tahu bahwa tanaman khas propinsi mereka adalah saga hutan (Adenanthera pavonina)? Apakah kayu manis atau saga pernah dibawa keruang kelas?

Di tingkat yang lebih tinggi, apakah mbok jamu pernah diundang ke sekolah (SMA) atau perguruan tinggi untuk bercerita tentang khasiat dari jamu-jamu itu serta memperkenalkan bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan jamu gendong?

Keberagaman Indonesia adalah sebuah kekayaan. Akan tetapi, kita menyeragamkannya lewat buku-buku sains. Semua anak, dari sabang sampai merauke diperkenalkan kepada tanaman dan hewan yang sama. Semua anak di Indonesia melihat gambar kuda pada buku sains mereka.

sesudah ini saya akan sempatkan menulis tentang betapa konyolnya kita di dalam menggunakan buku-buku sains terjemahan

salam, muzi