Sabtu, Maret 14, 2009

Bahaya Impersonation

Senin, 23/02/2009 08:45 WIB
Jangan Umbar Data, Teman dan Foto di Facebook!
Penulis: Donny B.U. - detikinet

Facebooker (dbu)

Jakarta - Jangan terlalu lengkap memasang profil diri dan foto di Facebook! Jangan terlalu gampang berteman di Facebook! Waduh, seruan tersebut tentunya tidak terlalu populer, atau cenderung diabaikan, bagi para Facebooker sejati. Ya memang, karena dengan bergesernya konsep dan ide sebuah pertemanan, maka tak apalah pada kenyataannya kita hanya punya segelintir teman di dunia nyata sepanjang punya berjibun (ratusan, ribuan) teman di situs jejaring sosial.

Seolah-olah dengan demikian keeksisan Anda adalah seberapa banyak teman yang dimiliki. Padahal dengan semakin banyak teman, yang kadang hanya teman sekedar kenal atau bahkan tak ingat lagi siapa dia atau bertemu dimana, maka semakin rentan terekspos data diri kita ke pihak-pihak di luar kontrol kita.

Walhasil, dengan demikian Anda akan semakin mudah menjadi korban 'impersonation' .

Kasus

Tulisan ini sengaja saya buat dan saya titipkan ke detikINET, karena ada satu kasus yang langsung menimpa salah satu mahasiswi saya di sebuah perguruan tinggi swasta tempat saya mengajar. Si mahasiswi tersebut belum lama berselang mengadukan kisahnya kepada saya bahwa hampir tiap saat dirinya melalui ponsel dihubungi orang yang tidak dikenal, bahkan di tengah malam sekalipun.

Setelah saya gali informasi lebih lanjut, ternyata saya temukan bahwa data dirinya di Facebook, entah oleh siapa, di-copy dan dijadikan sebuah blog di Blogspot.com. Blog tersebut seolah-olah dikelola langsung oleh si mahasiswi tersebut. Inilah yang disebut dengan kasus 'impersonation'

Bahkan si pelaku (impersonator) , memindahkan sebagian foto-foto si mahasiswi tadi dari Facebook ke sebuah situs penyimpanan foto gratisan, imageshack.us. Isi blog tersebut, cenderung berupa pencemaran nama baik dan melecehkan martabatnyat sebagai wanita.

Celakanya lagi, di blog tersebut dicantumkan pula nomor ponsel yang sehari-hari digunakan oleh mahasiswi tersebut. Maka, hampir tiap saat dia harus menjelaskan bahwa dirinya bukanlah seperti apa yang tertulis di blog pada setiap penelpon yang masuk.

Penyelesaian

Kasus ini agak rumit, karena tempat si impersonator meletakkan data-data dan foto-fotonya berada di luar ranah Indonesia . Tetapi upaya tetap harus dilakukan. Di blogspot.com atau blogger.com, ada fasilitas untuk melakukan 'flag blog', dengan pilihan 'impersonation' . Kita harus meng-attached hasil scan KTP atau SIM yang dapat membuktikan bahwa kita adalah korban dari pelaku impersonation.

Setelah kita men-submit, maka kita tinggal menunggu keputusan dari pengelola layanan blog tersebut untuk mencabut atau menghapus alamat blog yang menjadi keberatan kita.

Pun setali tiga uang dengan foto-foto yang terlanjur tersimpan di imageshack. Ada fitur untuk melaporkan dan meminta penghapusan foto-foto yang kita anggap materi berhak cipta, mengandung unsur pornografi ataupun kekerasan. Asumsinya, foto yang diambil dari akun Facebook kita tanpa seijin kita, adalah foto yang melanggar hak cipta.

Pencegahan

Agar kasus tersebut tidak terulang kepada siapapun, maka ada baiknya langkah-langkah pencegahan berikut ini bisa dijalankan ketika di dunia Facebook:

1). Jangan terlalu lengkap memasang profil atau data diri di Facebook. Tentunya semakin lengkap profil/data diri terpasang, semakin mudah mendapatkan teman. Tetapi di sisi lain, semakin beresiko pula data diri kita disalah-gunakan (abused)

2). Jangan memasang foto-foto diri Anda yang sekiranya Anda sendiri tidak akan merasa nyaman apabila foto tersebut tersebarluaskan secara bebas. Ingatlah, walau foto tersebut "hanya" diposting di akun Facebook Anda, sebenarnya itu sama saja dengan menyebarlukaskan foto tersebut ke publik. Sekali terposting dan tersebar, maka sangat sulit (dan nyaris mustahil) Anda bisa mencabut foto Anda dari Internet. Maka, selektiflah dalam berpose dan memposting foto Anda..

3). Jangan sembarangan 'add friend' atau melakukan approval atas permintaan seseorang untuk menjadi teman Anda. Cara memilah dan memilihnya mudah, yaitu lihat saja berapa jumlah "mutual friends" antara Anda dengan seseorang tersebut. Semakin sedikit "mutual friends"-nya, berarti semakin sedikit teman-teman Anda yang kenal dengan dirinya, yang berarti semakin beresiko tinggi. Pastikan Anda hanya menerima "pertemanan" yang "mutual friends"-nya cukup banyak.

4). Jangan sembarangan menerima tag photo. Bolehlah kita "banci tagging", tetapi berupayalah lebih selektif. Artinya, sekali Anda terjun ke Facebook, rajin-rajinlah memeriksa "keadaan sekeliling". Karena kita kadang menemukan foto diri kita yang di-upload dan di-tag oleh orang lain, padahal kita tidak suka foto tersebut disebarluaskan. Segera saja kita "untag" diri kita dari foto tersebut dan kalau perlu minta teman kita yang melakukan upload foto tersebut untuk mencabutnya.

5). Jangan tunda-tunda, ketika Anda menemukan data atau profil Anda digunakan oleh pihak lain untuk hal-hal di luar kontrol Anda, segeralah bertindak. Membiarkannya, justru akan membuatnya makin berlarut dan berdampak destruktif, setidaknya untuk kenyamanan diri sendiri. Laporkan langsung ke pengelola layanan tempat kejadian 'impersonation' , untuk segera mencabut informasi aspal (asli tapi palsu) tersebut. Atau, mintalah bantuan pada orang atau pihak yang sekiranya bisa atau paham bagaimana mengatasi hal di atas.

*) Penulis, Donny B.U., adalah penggiat kampanye "Be Wise While Online" dalam program Internet Sehat - ICT Watch. Untuk artikel terkait lainnya, dapat dibaca di http://www.ictwatch .com/internetseh at atau http://www.internetsehat.org

Jumat, Maret 13, 2009

Himatitan Great Event

12 Maret 2009

Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian (Himatitan) akan menyelenggarakan kegiatan bertajuk HI-Great (HIMATITAN Great Event). Menurut rencana kegiatan ini dipusatkan di gedung widyaloka pada Sabtu-Minggu (4-5/4) mendatang. Aneka kegiatan didalamnya meliputi seminal nasional dan training motivasi serta kompetisi nasional desain produk agroindustri. Untuk seminar nasional diambil tema "Peluang dan Persaingan Usaha dalam Menghadapi Ketidakstabilan Perekonomian Indonesia", sementara untuk training motivation diambil tema "Business Revolution" dan "Perancangan dan Pengembangan Produk Agroindustri Pangan dan Non Pangan" sebagai tema dalam kompetisi agroindustri. Direncanakan, dalam acara tersebut akan hadir motivator ternama yang juga pengusaha, Mr. Tung Desem Waringin dan M. Fadhil Hasan. Kegiatan seminar nasional dan training motivation ini bertujuan untuk membuka wawasan mengenai wirausaha serta meningkatkan jiwa berwirausaha bagi masyarakat Indonesia. Sementara kompetisi agroindustri bertujuan untuk memperkaya produk agroindustri baik pangan maupun non pangan serta memberikan solusi bagi permasalahan pengembangan jiwa berwirausaha dalam bidang agroindustri sehingga mampu bersaing di pasar internasional. Sasaran kegiatan ini adalah mahasiswa, pelajar SMA, serta masyarakat umum. Bagi yang berminat dapat menghubungi sekretariat panitia dengan alamat email: higreathimatitan@gmail.com atau Herman Eko P. (085746087844) dan Rheysa P (085649969023). [nok]

Pengumuman UBAQA 2008: 17 UB Top

12 Maret 2009

Pembantu Rektor I Prof. Dr. Bambang Suharto didampingi Ketua PJM Prof. Dr. Soebarinoto menyampaikan penghargaan kepada perwakilan fakultas dan jurusan penerima Universitas Brawijaya Annual Quality Award (UBAQA). Penghargaan diberikan kepada unit kerja akademik terbaik yang telah menerapkan Sistem Penjaminan Mutu Akademik (SPMA).

Dalam acara yang diselenggarakan di gedung PPI pada hari Selasa (10/3) tersebut, disampaikan penghargaan kepada 5 (lima) fakultas/program terbaik, 10 (sepuluh) jurusan terbaik yang tergolong Lama dan 2 (dua) Program Studi terbaik yang tergolong Baru untuk menerima UBAQA tahun 2008.

Unit kerja yang disetujui Rektor untuk menerima UBAQA 2008 untuk tingkat fakultas adalah Fakultas Pertanian (FP), Fakultas Peternakan (FPt), Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas MIPA (FMIPA), dan Fakultas Teknologi Pertanian (FTP). Untuk tingkat jurusan (lama) secara berurutan adalah Kimia (FMIPA), Keteknikan Pertanian (FP), Ekonomi Pembangunan (FE), Akuntansi (FE), Budidaya Pertanian (FP), Teknologi Hasil Pertanian (FTP), Biologi (FMIPA), Matematika (FMIPA), Teknologi Industri Pertanian (FTP), serta Teknik Pengairan (FT). Sedangkan penerima UBAQA untuk tingkat program studi kategori baru adalah Sastra Inggris (Program Bahasa dan Sastra) dan Keperawatan (FK).

Hadiah yang disampaikan berupa satu buah laptop secara simbolis dalam bentuk Sertifikat Rektor UB 01/UBAQA-UB/2008 di Ruang Sidang Lt 2 Gedung PPI tanggal 10 Maret 2009. Dalam sambutannya Pembantu Rektor I menyampaikan penghargaan kepada seluruh unit kerja di UB atas perbaikan kinerjanya dan kontribusinya dalam perbaikan penyelenggaraan akademik UB. Selanjutnya PR I mengucapkan selamat kepada fakultas/jurusan/program studi yang mendapatkan hadiah, dengan harapan agar kinerja yang sudah bagus dapat dipertahankan dan ditingkatkan secara berkelanjutan. Bagi yang belum memperoleh penghargaan, PR I mengharapkan ada peningkatan kinerja lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Ketua PJM menyampaikan bahwa pada tahun 2009, UBAQA 2009 akan memberikan hadiah 17 buah laptop dan 1 buah mobil Avanza untuk unit kerja terbaik.

Memenuhi Kriteria

Sejak tahun 2008, UB mengembangkan Reward System in Quality Assurance yang diberikan untuk unit kerja UB yang menerapkan Sistem Penjaminan Mutu Akademik (SPMA). Semua unit kerja akademik di UB yang berjumlah 12 fakultas/program dan 37 Jurusan atau Program Studi (PS) telah melaporkan kepada Rektor hasil implementasi SPMA yang dikembangkan. Dengan demikian maka seluruh unit kerja tersebut telah memenuhi persyaratan Audit Internal Mutu Akademik (AIMA) UB.

Unit-unit kerja yang berhasil keluar sebagai penerima UBAQA 2008 dianggap telah memenuhi kriteria penilaian berdasarkan Berdasarkan MP-ISO.PJM-UB.16 tentang Pelaksanaan Universitas Brawijaya Annual Quality Award (UBAQA) dan Surat Tugas Rektor No. 4331/J.10/LL/2008 tanggal 23 Desember 2008, Tim UBAQA Tahun 2008 yang terdiri atas Kepatuhan pada AIMA Batch I (Organisasi SPMA, Dokumentasi (Format, Coding, Isi, Pengesahan Dokumen), Implementasi SPMA, Bobot 25%), Kepatuhan pada AIMA Batch II (Standar Akademik, Evaluasi Kinerja, Temuan Ketidak-patuhan, Borang Data Dukung AIMA, Bobot 50%), Kapasitas Planning (Renstra, Program Kerja, EPSBED, Akreditasi PS, Bobot 15%), dan Kesiapan World Class University (Functional website, research publication number, teaching quality, Bobot 10%). (fjr)

Selasa, Maret 10, 2009

Pendidik, Bukan Pemburu

Sumber:m http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/03/07/03214961/pendidik..bukan.pemburu

Rhenald Kasali Pengajar di Universitas Indonesia

Hari Senin, 2 Maret 2009, David H Wijaya, mahasiswa pintar asal Indonesia, tewas di Nanyang Tech University, Singapura.

Semula, diberitakan ia kepepet, menusuk profesornya, lalu bunuh diri. Kejadian seperti ini sering dilihat dari sisi kriminalitas (urusan polisi). Namun, benarkah demikian?

Kalau David masih hidup, para pendidik bisa belajar banyak darinya. Versi lain menyebutkan, David bukan pencemas, kurang pandai bergaul, atau rendah kecerdasan sosialnya. Akan ada versi-versi lain yang perlu dilihat dari kacamata pendidikan.

Naluri saya yang bergelut di bidang pendidikan selama lebih dari 20 tahun mengatakan sebaliknya. Besar kemungkinan mereka adalah korban dari sistem dan perilaku pemburu dalam pendidikan. Apalagi Pemerintah Singapura amat berkepentingan memburu anak-anak pintar etnis tertentu untuk mengimbangi populasi bangsanya.

Jadi, diperlukan kehati-hatian dalam menafsirkan versi awal yang tidak dilandasi pada cara berpikir dari kacamata pendidikan. Pemburu bukan pendidik

Bangku sekolah tentu bukan hutan belantara yang didiami aneka satwa liar nan buas. Sekolah adalah entitas sosial yang mendidik masyarakat agar hidup dalam peradaban ilmiah, saling menghargai, dan mencapai kesejahteraan atau kebahagiaan.

Namun, entah mengapa, sekolah telah berubah menjadi lembaga yang meresahkan anak didik. Bukan pemburu bersenjata, melainkan guru yang menuntut bekerja tertib, berkompetisi, dan prestasi akademis.

Daripada menghargai keunikan masing-masing, kita membuat standar, lalu menempatkan mereka dalam struktur dan ranking. Akibatnya, bersaing mengejar ranking dan berebut masuk standar untuk mendapat pengakuan, beasiswa, dan penghargaan. Mereka yang memiliki keunikan dianggap bodoh meski di masyarakat terbukti sukses dan karya- karya mereka amat dihargai.

Guru, atau dosen, yang mengabaikan faktor keunikan anak didiknya adalah pemburu, dan bagi saya pemburu bukan pendidik. Pemburu menatap tajam anak didiknya yang tak masuk ranking, menghukum dan kadang menyiksa. Di televisi sering kita saksikan rekaman gambar guru yang menyiksa murid-muridnya. Anak-anak pintar pun tak luput dari penyiksaan pemburu. Mereka dituntut menunjukkan kehebatan dan selesai lebih cepat dari jadwal. Keunikan masing-masing tidak diterima sebagai kehebatan.

Saat mengepalai program doktor, saya sering terpaksa menggeser penguji, bukan karena mereka kurang hebat, tetapi karena lebih cocok jadi pemburu. Pemburu membombardir anak didiknya dengan berbagai pertanyaan sinis, out of context, dengan tujuan menjatuhkan daripada membantu mereka menemukan masa depannya.

Sisi anak didik

David mungkin saja tidak memiliki kecerdasan sosial dan emosional seperti kata sejumlah kalangan. Namun, para guru di BPK Penabur mengatakan, David bukan penyendiri. Di kampus, ia juga aktif dalam kegiatan olahraga dan menjadi utusan Indonesia dalam Olimpiade Matematika di Meksiko. Karena David sudah tiada, mungkin kita bisa belajar dari David-David lain.

Di Orinda, California, pada tahun 1985, seorang anak perempuan membunuh teman sekelasnya yang pintar dan populer. Saat diinterogasi polisi dan diperiksa kesehatan jiwanya, diketahui ia merasa tertekan karena dirinya nothing, invisible (tak ada yang menghiraukan), dan worthless (tak bernilai). Perasaan dan pikiran yang demikian membentuk keyakinan (belief). Matthew McKay dan Patrick Fanning (1991) bahkan menyebutkan, banyak sekali anak didik yang memiliki keunikan menjadi prisoners of belief (narapidana keyakinan) yang membuat mereka tidak bahagia dan sulit mengendalikan diri.

Pada masa krisis kita akan banyak bergulat dengan narapidana-narapidana keyakinan yang terbelenggu dan sulit menerima kesulitan hidup, kegagalan, dan aneka keterbatasan, baik karena peristiwa ekonomi maupun kepemimpinan atasan yang buruk. Mereka memaksa dirinya masuk dalam standar dan menyangkal keunikan dirinya semata-mata karena belenggu sekolah.

Keyakinan inti (core-belief) tak pernah disentuh para pendidik karena banyak sebab. Pertama, tak sedikit pendidik yang juga menjadi narapidana keyakinan. Kedua, diperlukan therapy, dan therapy ini bukan kurikulum inti yang dianggap penting oleh pengelola pendidikan. Ketiga, tak banyak orang paham men-therapy belief seseorang.

10 elemen

Saya pernah memasukkannya, dan hingga kini masih menggunakannya untuk membongkar belenggu-belenggu yang mengikat anak didik, tetapi pengalaman mengatakan, implementasinya banyak menemui hujatan dari para pemburu. Untuk mencegah kasus David-David lain, kita harus memeriksa core-belief inventory yang tersembunyi di balik pikiran anak-anak didik dan para pendidik. Inventory ini terdiri dari 10 elemen, yaitu percaya diri, rasa nyaman, kontrol diri, cinta, otonomi, keluarga, rasa adil, kinerja, perubahan, kepercayaan (trust).

Elemen-elemen itu dapat dibagi tiga: rasa percaya, hubungan personal, dan pengendalian hidup. Ketiganya memengaruhi tingkat kecemasan, pengambilan keputusan, asumsi terhadap orang lain, ketenangan/kecemasan, dan keberhasilan hidup.

Kategori pertama diwakili oleh percaya diri dan perasaan bernilai, percaya kepada orang lain, dan merasa diperlakukan adil. Monolognya mengalir dalam pernyataan seperti saya cukup bernilai,
mereka dapat dipercaya, mereka memperlakukan saya dengan adil.

Kategori kedua, kenyamanan, cinta (love), dan keluarga (belonging). Orang-orang yang hidupnya seimbang cenderung penuh cinta dan ada yang memikirkan. Kata mereka, Kalau hari ini saya hilang, pasti ada yang kehilangan dan menangisi kepergian saya.

Kategori ketiga, kemampuan kita mengendalikan diri sendiri, pekerjaan/sekolah (kinerja), kemandirian, dan pengambilan risiko (perubahan). Kelompok terakhir ini dapat disimpulkan dengan pernyataan saya bisa mengendalikan dorongan-dorongan liar dalam jiwa saya, saya punya prestasi, saya cukup punya otoritasi, serta kalau menjadi lebih baik, mengapa takut menghadapi perubahan

Andaikan David masih ada dan polisi Singapura cukup terbuka, mungkin kita bisa menemukan jawabnya dengan memeriksa kesepuluh elemen itu, baik pada David maupun dosen pembimbingnya.

Dari pengalaman anak-anak didik yang dianggap bermasalah oleh para gurunya, diyakini David bukan anak jahat atau lemah kecerdasan sosialnya. David telah menjadi narapidana keyakinan yang tersudut dalam hutan perburuan dan kita tak memberikan ruang untuk membebaskan atau menghargai keunikannya.

Rabu, Maret 04, 2009

112 Industri Kecil di Winongo Belum Punya IPAL

Rabu, 4 Maret 2009 | 19:46 WIB

Laporan wartawan KOMPAS Defri Werdiono

YOGYAKARTA, RABU — Sekitar 112 industri skala kecil di sepanjang bantaran Sungai Winongo di Kota Yogyakarta belum memiliki instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) komunal. Ada indikasi mereka membuang sisa hasil produksi ke sungai.

Kepala Subseksi Bidang Pemulihan Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta Pieter Lawoasal mengatakan, industri tersebut terdiri atas industri tahu, tempe, mie, dan kecap. Kawasan industri kecil lainnya yang belum memiliki IPAL komunal berada di Patuk, yakni industri makanan kecil bakpia. Menurut Pieter, mereka membuang ke saluran limbah yang diperuntukkan bagi limbah rumah tangga.

Karena belum ada IPAL maka timbul bau menyengat dan pencemaran lingkungan, ujar Pieter di sela-sela sosialisasi pembangunan IPAL komunal di Darakan, Kota Gede, Rabu (4/3). Selain warga dan pihak pemerintah, turut hadir pada kegiatan ini LSM Environmental Services Program (ESP) dan LSM Lestari.

Keberadaan IPAL komunal, menurut Pieter, memiliki fungsi penting untuk menjaga kondisi lingkungan, baik itu air maupun tanah dari zat-zat pencemar. Pieter mencontohkan, kandungan bakteri ecoli di daerah yang memiliki IPAL komunal menunjukkan perbaikan. Jika pada pengukuran sampel (sebelum ada IPAL) jumlah bakteri ecoli mencapai 2400 mnp. "Setahun kemudian (setelah ada IPAL) menunjukkan angka ecoli-nya 100 mnp," ujarnya.

BLH sendiri tahun ini akan membangun satu unit IPAL komunal di lingkungan industri kecil tahu dan tempe di wilayah Prenggan senilai Rp 200 juta menggunakan dana alokasi khusus. Tahun lalu, telah dibangun satu unit IPAL serupa di daerah Wirobrajan. Bahkan, gas yang dihasilkan oleh IPAL ini telah dimanfaatkan oleh sekitar 25 industri rumah tangga. Sedangkan tahun 2000 telah dibangun empat unit IPAL komunal di Ngampilan dan dimanfaatkan oleh 20 industri.

Community Base Water and Sanitation ESP Oni Hartono mengatakan, penerapan IPAL komunal untuk limbah industri tahu dan tempe berbeda dengan limbah rumah tangga (MCK). Diperlukan penanganan tersendiri untuk mengelolanya. Selama ini ESP banyak terlibat dalam penanganan IPAL komunal rumah tangga.

Meski di bantaran Winonggo berdiri banyak industri kecil, ternyata kadar pencemar masih di bawah Gajah Wong. Penyebabnya, kondisi daerah aliran Gajah Wong tidak sepanjang Winongo. Ada informasi dari peternak ikan bahwa kolam yang memperoleh air dari Gajah Wong harganya cenderung lebih rendah. Rasanya juga tidak terlalu enak, meski semua ini masih perlu dibuktikan, ujar Agus Hartono, Direktur LSM Lestari.

Hibah Penelitian Strategis 2009

Seluruh staf dan laboran Bioindustri mengucapkan selamat atas keberhasilan memperoleh dana hibah penelitian 2009 kepada:

  1. Sri Suhartini, STP, M.Env.Mgt. dengan judul penelitian: "Teknologi Produksi Bioenergi dan Air Bersih Melalui Pengolahan Limbah Cair Tapioka." Dengan anggota Ir. Nur Hidayat, MP dan Ir. Bambang Rahadi W. MS.
  2. Dr. Ir. Wignyanto, MS sebagai anggota dari penelitian Dr.Ir. Sumardi HS, MS dengan judul: "Pengembangan potensi biogas guna meningkatkan efektivitas pemanfaatannya di masyarakat"