Kamis, Desember 24, 2009

Pohon Tua


Hujan tak jua turun dengan riang
seakan tahu kegundahan pohon tua
yang tak lagi tahu kapan burung-burung enggan hinggap lagi
satu per satu daun layu
ia makin tak yakin
akankah burung itu tetap mau hinggap
kepak sayapnya yang makin kuat
dan kicaunya nan makin riang
ia memang siap terbang
dan pohon itu sadar
ia bukanlah tempat hinggap

saat burung itu berteduh
ia merasa daunnya bermakna
bahkan saat burung itu keluarkan kotoran
ia anggap kesuburan yang diberikan

kini...............
ketika daunnya tak lagi meneduhi
ia hanya mampu menatap
akankah bayang sayap itu lenyap?
dan.................
akankah ada burung-burung lagi yang sudi hinggap>
jika
tebasan kapak siap menancap

Senin, Desember 14, 2009

Sedekah

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu : Dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: Seorang lelaki berkata: Sungguh aku akan mengeluarkan sedekah pada malam ini. Lalu ia keluar membawa sedekahnya dan jatuh ke tangan seorang wanita pezina.
Pada pagi harinya, orang banyak membicarakan: Tadi malam, seorang wanita pezina mendapatkan sedekah. Lelaki itu mengucap: Ya Allah, hanya bagi-Mu segala puji, (sedekahku jatuh pada wanita pezina).
Aku akan bersedekah lagi. Dia keluar membawa sedekahnya dan jatuh ke tangan orang kaya. Pada pagi harinya, orang banyak membicarakan: Sedekah diberikan kepada orang kaya. Orang itu mengucap: Ya Allah, hanya bagi-Mu segala puji, (sedekahku jatuh pada orang kaya).
Aku akan bersedekah lagi. Kemudian ia keluar membawa sedekah dan jatuh ke tangan pencuri. Pada pagi harinya, orang banyak membicarakan: Sedekah diberikan kepada pencuri. Orang itu mengucap: Ya Allah, hanya bagi-Mu segala puji, sedekahku ternyata jatuh pada wanita pezina, pada orang kaya dan pada pencuri. Lalu ia didatangi (malaikat) dan dikatakan kepadanya: Sedekahmu benar-benar telah diterima. Boleh jadi wanita pezina itu akan menghentikan perbuatan zinanya, karena sedekahmu, orang kaya dapat mengambil pelajaran dan mau memberikan sebagian apa yang telah diberikan Allah kepadanya. Dan mungkin saja si pencuri menghentikan perbuatan mencurinya, karena sedekahmu.
(HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i dan Ahmad)
sumber: http://semenit.net dan http://warungislami.com

Senin, Desember 07, 2009

Bersyukur karena Tidak Korupsi

Aku bersyukur karena kini tiap siang telah ada lagi pengajian di televise sehingga siang hari di hari minggu tidak lagi harus melihat acara-acara yang tak bermakna bagi hati.
Hari ini ada ilmu yang cukup menarik berkait dengan menyambut hari anti korupsi. Tema tentang korupsi dibahas dengan gamblang.
Salah seorang yang juga ikut menyampaikan adalah mantan menteri olahraga (AD). Ada yang menarik yang ia sampaikan. Salah satu adalah cerita yang sudah sering kita dengar yaitu tentang seorang ibu dan anak gadisnya yang akan mencampur susu dengan air (mengurangi timbangan?). Namun keshalihan anak gadis ini menjadikan sang khalifah menjadikan ia sebagai menantunya hingga akhirnya melahirkan seorang ulama yang sangat terkenal hingga kini Umar bin Abdul Aziz.
Cerita yang juga tak kalah menariknya, meskipun telah kudengar berulang-ulang namun tetap menimbulkan getar di hati,yaiti kisah seorang pemuda yang menemukan apel kemudian dimakan dan saat separuh termakan ia baru ingat belum minta ijin dengan pemiliknya (kita juga baru saja melihat kasus seorang ibu yang mengambil biji kakao,orang yang mengambil semangka, pisang dsb). Setelah berjalan dan tertanya akhirnya ia ketemu dengan sang pemilik kebun. Sayang permohonan maaf dan ijin karena apel separuh telah masuk perutnya tidak diterima oleh pemilik kebun. Pemilik kebun mau memaafkan dan mengikhlaskan asal ia mau menikahi anaknya yang lumpuh, buta dan tuli. Pemuda ini kaget, namun karena ia meras berdosa dan tidak ingin hidupnya dilumuri dosa maka ia dengan tegas menjawab ia sanggup asal terampuni dosanya. Saat telah menikah ia kaget ternyata gadis itu amatlah cantik dan yang dimaksud lumpur adalah karena tidak pernah berjalan ketempat maksiat, buta karena tidak pernah melihat barang yang diharamkan untuk dilihat dan tuli karena tidak pernah mendengarkan omongan-omongan yang menyesatkan hati. Dan dari mereka kemudian lahirlah ulama yang amat terkenal Abu Hanifah.
Menjelang akhir ceramah ada cerita yang cukup menarik. Seekor binatang ditanya oleh malaikat: “Hai kerbau, ridhlokah engkau atas nikmat Allah yang engkau terima karena hanya mandi dikubangan? Kerbau itu menjawab: “Ya Malaikat, aku ridlho atas nikmat ini, dibandingkan kelelawar yang mandi dengan air kencingnya sendiri?. Lalu malaikat menemui kelelawar: Hai kelelawar ridhokah kamu yang mandi dengan air kecingmu sendiri? Kelelawar itu menjawab: “aku ridlho atas nikmat ini karena aku tetap dapat menikmati alam dengan kelebihan inderaku sehingga dapat terbang di malam hari dan mencari buah yang nikmat di alam bebas dibandingkankan cacing yang selalu di dalam tanah dan berjalan dengan perutnya. Lalu malaikat datang ke cacing: Hai cacing ridhlokan kamu dengan nikmat yang diberikan Allah ini? Cacingpun menjawab: “Aku ridhlo ya Malaikat atas nikmat ini dibandingkan dengan manusia yang tahu bahwa yang dimakan itu haram karena hasil korupsi namun ia tetap serakah memakannya.
Jadi? Jika kita ditanya malaikat apa jawaban kita?Semoga kita tidak termasuk yang disindir oleh cacing tersebut. Insya Allah.
Posted by Picasa

Selasa, November 24, 2009

Barang yang sudah dibeli tak dapat dikembalikan?

Kalimat di atas sudah jamak kita dengar dan baca pada nota penjualan. Kalimat yang memenjarakan hak konsumen, meskipun ada ungkapan pembeli adalah raja. Yah Raja memang tak pernah ngembalikan ya?
Dalam strategi pemasaran, peran aktif konsumen menjadi andalan bagi perusahaan untuk menjaga kualitas dan meningkatkan kepercayaan konsumen pad produk sehingga menjadi pembeli yang setia. Konsumen akan menjadi enggan membeli manakala pengaduan yang ia lakukan tidak mendapat tanggapan bahkan terkesan disalahkan. Pembeli yang apatis akan membiarkan dan dia beralih ke produk pesaing dan rugilah sang produsen.
Kekecewaan pembeli karena adanya ketidaksesuaian janji dari produsen sering menjadi permasalahan dan umumnya konsumen pada pihak yang lemah. Bagaimana Islam mengajarkan hal ini? Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa menjual buah-buahan lalu buah itu rusak (mis: busuk) maka dilarang menerima uang penjualannya. Mengapa dia mengambil dengan tidak sah uang saudaranya semuslim?” (HR Ibnu Majah).
Hadits ini hendaknya jangan disikapi hanya untuk penjual buah dan tidak untuk yang lain, tapi hendaknya disikapi untuk jual beli. Saya jadi teringat ketika beli buah, sang penjual selalu mengatakan ini masak pohon, manis dan sebagainya padahal dia tidak tahu dimana buah itu dipetik. Dan saat diprotes karena ada yang masam, dengan santai ia menjawab, ya kan saya tidak mungkin mencoba satu persatu untuk tahu mana yang manis dan tidak, bahkan dalam guyonan dikatakan. “bapak masih untung beli satu kilo, saya yang beli satu kranjang dan masam semua saja tidak marah kok” nah salah lagi kita. Padahal kalau kita menyimak hadits di atas jika ketahuan buahnya sudah tidak sesuai dengan yang dijanjikan maka sebenarnya ia tidak berhak menerima uang pembelian. Sayangnya banyak pedagang yang menyebut dirinya muslim tetap menerapkan aturan barang yang sudah dibeli tidak dapat ditukar atau dikembalikan dan bukannya mengikuti ajaran Rasulullah. Lalu? Bagaimana ia mengatakan kalo dirinya adalah mengikut Rasulullah?
Sedihnya lagi kini untuk ambil uangpun ada tulisan: “hitung di depan kasir, pengaduan setelah meninggalkan loket tidak ditanggapi.”
Aku tak tahu dimana salahnya atau memang tidak ada yang salah?
Posted by Picasa

Jumat, November 20, 2009

Kiamat 2012?

Seperti hari minggu yang lain, pada hari minggu ini saya hadir pada suatu pengajian meskipun pada masjid dan kota yang berbeda dari biasanya. Jika biasanya dihadiri oleh jamaah yang relative muda dan didominasi mahasiswa maka kali ini didominasi para pensiunan sehingga hamper semuanya sudah udzur sehingga yang dibahaspun berbeda. Hari pembahasan tentang tanda kiamat terutama atas permintaan panitia akan adanya isu kiamat tahun 2012.
Aku juga heran, kok yang banyak yang percaya pada ramalan meski ada yang bilang ilmiah dan sebagainya. Diramalkan kiamta terjadi pada 21 Desember 2012. Kenapa bukan 20 – 12 – 2012 ya? Kan bagus angkanya? Atau 12 – 12 – 12 ? tapi katanya itu sudah tertulis dalam prasastu suatu suku.Dalam film digambarkan kejadian menjelang kiamat.menurut ustadz adalah kejadian-kejadian bencana di bumi bukan dunia seperti gempa, gunung meletus, tanah merekah dan sebagainya.
Lalu Ustadzpun menjelaskan tanda-tanda kiamat dari Al Qur’an dan hadits agar menambah keimanan kita.Sesampai di rumah aku baca buku “Terjemah Syarah Shahih Muslim karya Imam An-Nawawi” yang baru saja aku beli dari pameran buku dan aku coba bab I ternyata ada juga bercerita tentang ciri-ciri kiamat.
Dalam sebuah hadits yang cukup panjang yang setahu saya juga terdapat dalam Hadits Arbain juga di Bab I yaitu membahas tentang rukun Islam dan rukun Iman sekaligus melalui kedatangan Malaikat Jibril yang mengajukan pertanyaan ke Rasulullah SAW. Berkait dengan tema renungan ini saya tidak menukil keseluruhan bunyi hadits apalgi dengan perawinya namun hanya sepotong yang berkait dengan kiamat. “…….. Lelaki itu berkata lagi ‘Beritahukan kepadaku tentang hari kiamat” Rasulullah menjawab: ‘Tidaklah orang yang yang ditanya lebih mengetahui dibandingkan dengan yang bertanya.” Lelaki itu berkata: ‘Kalau begitu beritahukan tentang tanda-tandanya saja.’ Rasulullah bersabda: ‘Kalau sudah ada budak perempuan melahirkan tuannya, kalau kamu telah menyaksikan orang-orang yang tidak beralas kaki dan tidak berbusana dari kalangan orang-orang melarat penggembala domba saling berlomba-lomba mendirikan bangunan yang tinggi.’ ………….. dan seterusnya. (HR Muslim)
Dalam hadits ini bukan menjelaskan kejadian-kejadian alam yang menghancurkan tapi justru kehancuran moral manusia yang tidak lagi memperhatikan perilaku nafsunya baik nafsu sex, serta nafsu pamer dan sombong. Itulah sebenarnya tanda-tanda kiamat yang sebenarnya yaitu hilangnya iman dihati manusia. Manusia lebih mengedepankan akalnya daripada imannya.
Saya mohon maaf jika kesimpulan saya ini beda dengan para ustadz dan pensyarah hadits, ini memang hanya sebuah perenungan untuk memantapkan hati agar selalu menjaga iman.
Berikut artikel bantahan NASA tentang kiamat 2012

NASA Menjawab Pertanyaan Seputar Ramalan Kiamat 2012

Detik.com - Selasa, 17 November 2009
Demam film bertema kiamat, "2012" tengah melanda. Banyak pertanyaan muncul terkait ramalan kiamat tahun 2012 itu.Salah satunya mengenai kisah munculnya prediksi kiamat tersebut. Awal prediksi kiamat tersebut bermula dari klaim bahwa Nibiru, planet yang diduga ditemukan Bangsa Sumeria tengah melaju menuju Bumi. Bencana awalnya diprediksi datang pada Mei 2003. Namun karena tidak ada yang terjadi pada hari yang ditentukan itu, prediksi kiamat beralih ke Desember 2012. Kemudian dihubungkanlah dengan kisah berakhirnya sistem penanggalan suku Maya kuno pada musim dingin 2012 dan diprediksi tanggal kiamat jatuh pada 21 Desember 2012.
Tapi benarkah ada planet bernama Nibiru atau Planet X atau Eris yang sedang mendekati Bumi dan mengancam planet kita dengan kerusakan luas? Menurut NASA dalam situsnya, Nibiru dan kisah lainnya mengenai planet yang tengah menuju Bumi hanyalah hoax internet. Tak ada dasar untuk mendukung klaim tersebut.
Lebih lanjut dinyatakan NASA, jika Nibiru atau Planet memang ada dan tengah akan menuju Bumi pada tahun 2010, maka para astronom pasti sudah akan mengetahuinya setidaknya pada satu dekade terakhir. Dan planet itu harusnya bisa terlihat dengan mata telanjang saat ini.Jelas sekali itu tidak nyata. Sedangkan Eris meski nyata adanya, namun itu merupakan planet kecil mirip dengan Pluto yang akan tetap berada jauh dari Bumi. Jarak terdekat dengan Bumi yang mungkin adalah sekitar 4 miliar mil.Banyak pula yang menanyakan tentang teori pergeseran kutub.
Mungkinkah itu terjadi?
Menurut NASA, pergeseran rotasi Bumi mustahil terjadi. Memang ada pergerakan lamban benua-benua (misalnya Antartika yang dekat dengan ekuator ratusan juta tahun silam), namun ini tidak relevan dengan klaim pergeseran kutub.Lantas apakah Bumi terancam ditabrak oleh meteor pada tahun 2012? Menurut NASA, Bumi memang akan selalu bisa mengalami tubrukan dengan komet dan asteroid, meskipun tabrakan besar sangat jarang terjadi.Tabrakan besar terakhir adalah 65 juta tahun lampau. Dan itu menyebabkan musnahnya dinosaurus.
Kini para astronom NASA sedang melakukan survei yang disebut Spaceguard Survey untuk menemukan ada tidaknya asteroid-asteroid besar dekat Bumi sebelum menabrak Bumi."Kami telah memastikan bahwa tak ada ancaman asteroid sebesar asteroid yang memusnahkan dinosaurus," demikian NASA dalam statemennya."Semua pekerjaan ini dilakukan secara terbuka dengan temuan-temuan diposting setiap hari di situs NASA NEO Program Office. Jadi Anda bisa melihat sendiri tak ada yang diprediksi akan menabrak Bumi pada tahun 2012," tandas NASA.

MUI Malang Larang Masyarakat Nonton '2012'
detikcom - Senin, 16 November 2009.
Dunia saat ini sedang tersihir dengan film '2012'. Tak hanya di dunia tapi juga di Indonesia. Antrian panjang pun terjadi di bioskop-bioskop yang memutar film tentang kiamat yang melanda bumi.Namun bagi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Malang film yang dibintangi John Cusack adalah tontonan yang menyesatkan. Film itu tak pantas ditayangkan."Film itu tidak pantas untuk ditayangkan, karena dapat mempengaruhi pemikiran orang," kata Ketua MUI Kabupaten Malang KH Mahmud Zubaidi kepada wartawan saat ditemui di rumahnya Jalan Raya Pakisaji, Senin (16/11/2009).
Menurut Zubaidi, sebagai orang islam memang seharusnya mempercayai adanya hari kiamat. Namun, untuk kepastian terjadinya merupakan kuasa dari yang maha kuasa.Mahmud mengimbau kepada kaum muslim untuk tidak mempercayai gambaran hari kiamat yang difilmkan sesuai dengan kalender Maya kuno yang meramalkan terjadinya bencana pada saat titik balik matahari di musim dingin tahun 2012."Kapan hari kiamat itu terjadi merupakan kuasa dari sang pencipta. Jadi kita tidak boleh menentukan hari itu. Jika ada seperti itu, maka itu menyesatkan," tuturnya.Dari milis semenitCukuplah Al-Qur'an dan AsSunnah untuk membungkam yang mengatakan Kiamatakan terjadi tahun 2012. Inilah sekelumit dalil untuk mereka.
“Manusia bertanya kepadamu tentang (kapan datangnya) hari kiamat.Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang kapan datangnya hari kiamatitu hanyalah di sisi Allah.’ Dan tahukah kamu (wahai Muhammad) boleh jadihari kiamat itu sudah dekat waktunya?” (Al-Ahzab: 63)
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang HariKiamat, dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang adadalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apayang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahuidi bumi mana dia akan mati” (QS. Luqman : 34)
“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: ‘Kapankah terjadinya?’Katakanlah: ’Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisiRabb-ku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannyaselain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang dilangit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengantiba-tiba’” (QS. Al-A’raaf : 187)
Sahabat yang mulia Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu mengabarkan bahwaNabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:“Diutusnya aku dengan datangnya hari kiamat seperti dua jari ini.” Beliaumemberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengahnya. (HR. Al-Bukharidan Muslim)
Hari kiamat ini tidak akan menimpa kecuali sejelek-jelek manusia, karenaorang-orang yang memiliki iman walaupun sangat tipis telah diwafatkansebelumnya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan:“Tidak akan datang hari kiamat kecuali pada sejelek-jelek manusia.” (HR.Muslim)
--http://semenit. net/http://warungislami .com/ 
Posted by Picasa

Selasa, November 17, 2009

Antara Kyai dan Kodok

Mendengarkan ceramah para ulama memang dapat menyejukkan hati. Hati yang tiap hari diguyur oleh kepentingan duniawi seakan terobati oleh fatwa-fatwa ulama. Namun demikian, di jaman seperti sekarang ini, sering para da’i banyak memberikan improvisasi dalam berda’wah agar menarik audiencenya. Sayangnya, kadang improviasasi itu lebih menonjol daripada ceramah itu sendiri akibatnya yang ditanngkap jama’ah adalah guyonannya.
Pada suatu acara di televisi lokal aku melihat seorang kyai melakukan da’wah dengan banyak guyonan yang khas dari model pengajian masyarakat pedesaaan. Materi yang disampaikan sebenarnya cukup menarik, sayangnya yang dijadikan contoh adalah togel. Togel jika sebagai contoh keburukan tentu saja baik namun jika untuk menjelaskan sifat tauhid, pantaskah?
Dalam ceramahnya sang kyai menjelaskan tentang kodok yang dibolak balik tetap saja dibaca kodok dalam bahasa Indonesia (benarkah?) ditulis katak dan jika dibalik juga tetap katak. Yang menyedihkan sang kyai mengatakan kodok dalam ramalan togel memiliki nomor 24 (hapal betul kyai ini). Lalu apa hubungannya?Menurut beliau penomoran itu tidak sembarangan tetapi memiliki makna. Yaitu 24 dari dua gabungan artinya dapt dibolak balik yaitu 12 dan 12. Nah 12 itu menurut beliau berasal dari (huruf arab) untuk kalimat syahadat. Yang masing-masing terdiri dari 12 huruf. Jadi kertas ramalan togel itu adalah bagian dari da’wah (hebat kan). 12 juga dapat dibaca 1 dan 2 dan ni digunakan dalam baris berbaris dengan lafal tu wa tu wa dst hebat ya.
Nah kalau ulama cara ceramahnya begini, bagaimana Islam akan berkembang dengan baik dan maju? Ulama tidak mengajarkan Al Qur’an dan al hadits tapi membenarkan bahwa togel juga dapat digunakan atau bagian dari syiar? Selama ceramah saya hampir tidak mendengar hadits yang disampaikan apalagi diriwayatkan oleh siapa? Kadang saya juga sering berpikir, apakah jamaah juga tahu apa itu perawi hadits? Siapa periwayat hadits? Apalagi siapa itu Abu Hurairah? Padahal warisan yang ditinggalkan Rasulullah SAW adalah Al Qur’an dan al Hadits bukan harta dan guyonan.
Ulama adalah panutan jamaah dalam beribadah. Kesalahan ulama akan menjadi kesalahan jamaah dan sulit diperbaiki. Andai saja para ulama dalam berceramah bukan ingin terkenal tapi ingin menyadarkan umat, tentulah tidak akan menggunakan model-model guyonan yang menyesatkan apalagi menggunakan contoh-contoh yang tidak semestinya.
Bagaimana akan mengenal apa itu bid’ah jika yang benar saja tidak tahu?Aku kadang jadi berpikir, apakah aku yang sok tahu saja? Atau aku yang iri dengan kehebatan sang kyai dalam berda’wah dengan penuh guyonan? Hanya Allah lah yang mengetahui hati ini.
Ya Allah jauhkan aku dari sifat iri. Dan bimbnglah hati ini agar selalu dalam petunjukMu.
Amiin.
Posted by Picasa

Jumat, November 13, 2009

Antara dusta dan jujur

Akhir-akhir ini masyarakat dibikin bingung dengan berita-berita yang sangat menyita perhatian dari masyarakat bawah hingga petinggi-petinggi Negara. Seolah negeri ini disibukkan oleh fenomena mencari kebenaran. Kebenaran seakan sesuatu yang hilang. Manusia sibuk mencari siapakan yang benar. Kebenarana mestinya memang ada dalam diri kita sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Hendaklah kamu selalu benar. Sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebajikan dan kebajikan membawa ke surga. Selama seorang benar dan selalu memilih kebenaran dia tercatat di sisi Allah seorang yang benar (jujur). Hati-hatilah terhadap dusta. Sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Selama seorang dusta dan selalu memilih dusta, dia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta (pembohong).” (HR Bukhari).
Merujuk pada hadits di atas maka, keributan yang selama ini terjadi tentulah disebabkan adanya kedustaan di salah satu pihak. Sebagai contoh bagaimana seorang saksi mencabut BAP yang telah dibuat dan kemudian mengemukakan fakta baru. Fakta baru ini kemudian dibantah oleh pejabat yang berwenang. Siapakah yang melakukan kedustaan?
Rasulullah SAW bersabda: “Tanda-tanda oran munafik ada tiga, yaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat.” (HR Muslim).
Dalam pembicaraan di persidangan ada sesuatu yang menarik yang dikemukakan oleh saksi. Dia diminta untuk berdusta (mengatakan sesuatu yang tidak dilakukan terdakwa), karena dia diberi janji namun kemudian ia merasa dikhianati.
Adakah pengkhianatan? Siapakah yang berkhianat? Andai mereka tahu apa yang disabdakana Rasulullah SAW: “suatu khianat besar bila kamu berbicara kepada kawanmu dan dia mempercayai kamu sepenuhnya pdahal dalampembicaraan itu kamu berbohong kepadanya.” (HR Ahmad dan Abu Dawud)
Dari kisah yang sedang terjadi selama ini kita akan disuguhi sesuatu yang bagus tentunya yati semakin mengetahui cirri-ciri orang munafik. Akankah terungakap siapa yang munafik? Ataukah justru tertutupi oleh kekuatan sehingga kita makin dibutakan?
Semoga negeri ini kembali memperoleh rahmat Allah dengan pemimpin-peminpin yang amanah.
Amiin.
Posted by Picasa

Rabu, November 11, 2009

Cicak dan Buaya

Binatang cicak dan buaya kini menjadi pembicaraan banyak orang meskipun tidak dalam arti yang sesungguhnya. Cicak dan buaya hanya diwujudkan untuk personifikasi. Tepatkah mengunakan istilah cicak dan buaya?
Saya tidak dalam kapisitas membahas hal tersebut karena itu memang bukan bidang saya. Saya hanya ingin menulis apa itu cicak dan buaya.
Cicak merupakan binatang yang mampu merayap di dinding dan masyarakat meyakini bahwa cicak memiliki manfaat yaitu makan nyamuk. Seperti sebuah lagu anak-anak “Cicak cicak di dinding, diam-diam merayap, dating seekor nyamuk, hap, lalu ditangkap” lagu ini kemudian dilecehkan oelh iklan sebuah obat nyamuk yang menjadikan sang cicak frustasi karena asap itu lebih cepat mematikan nyamuk.
Selain kelebihan di atas, ada sebuah hadits yang cukup panjang tentang cicak. Intinya cicak ternyata ikut berpartisipasi saat Nabi Ibrahim dimasukkan dalam api melalui peniupan. Meskipun tiupan cicak itu tidak bermakna, namun dianggap cicak juga membantu untuk membakar Nabi Ibrahim. Dalam menyikapi hadits ini ulama bepeda pendapat. Ada yang mengatakan halal membunuh cicak bahkan dapat pahala karena sikap cicak yang melawan nabi Ibrahim. Ulama lain mennganggap hadits inisebagai teladan bahwa masyarakat kecil sering ikut2an memperkeruh peristiwa meski ia sendiri sebenarnya tak mengetahui maknanya.
Itu sekelumit tentang cicak
Buaya, kita kenal sebagai binatang buas. Kesitimewan buaya adalah ia tidak memiliki lidah sehingga dapat ditanwilkan ia tak mampu bersilat lidah namun akan memburu mangsanya dengan cara mengendap2 dan dengan tiba-tiba menyergapnya. Buaya juga punya sifat spesifik. Saat ia melakukan pencernaan ia membutuhkan energy dari luar agar panas tubuhnya meningkat dengan cara berjemur. Jadi sebenarnya buaya adalah suatu makhluk yang tidak mandiri meskipun ia dikenal buas. Adakah keutamaan buaya? Saat ini belum diketahui secara pasti. Yang sering jadi bahan julukan misalnya buaya darat dan sebagainya.Semoga catatan ringan ini menjadi renungan bagi kita bahwa cicak dan buaya adalah reptilian dengan sifat-sifatnya, telepas dia setuju atau tidak namanya dicatut oleh manusia
Posted by Picasa

Senin, November 09, 2009

Industri Roti

Roti memang bukan makanan asli Indonesia. Hal ini disebabkan bahan baku utamanya yaitu tepung trigu tidak dihasilkan dari tanaman yang tumbuh di Indonesia. Sehingga sebenarnya semakin tinggi tingkat konsumsi roti maka juga akan semakin tinggi pula impor gandum kita. Selain dari bahan impor, dalam pembuatan roti juga menggunakan bahan lokal. bahkan saat ini mulai digunakan bahan--bahan pengganti terigu.
beberapa hari yang lalu, dalam kaitan dengan program IPTEKDA kami melakukan pelatihan tentang pentingnya sanitasi industri
Materi diberikan oleh ibu Masdiana Padaga dari Universitas Brawijaya. dalam penyajiannya beliau banyak membicarakan masalah kebersihan personil selain lingkungan kerja. Masalah personil menjadi perhatian utama karena ini memang yang paling kurang diperhatikan oleh industri kecil.
Industri kecil sering menganggap remeh hal ini. Padahal kebersihan pekerja dapat mempengaruhi kualitas produk.
Dalam presentasinya beliau juga banyak menoroti sumber-sumber kontaminan.
Selain pelatihan di Roti Said's jember kita juga mengunjungi Tape 96 milik Pak Ibnu Cahyono yang juga binaan kita di kota Jember. sebelum pulang ditraktir beliau makan sate di sate pak Pri.
terima kasih Pak Ibnu.
Posted by Picasa

Jumat, November 06, 2009

Mikrobiologi Industri

Mikrobiologi Industri merupakan cabang dari Mikrobiologi yang mengkaji pemanfaatan mikrobia untuk kebahagiaan manusia.
berbagai jenis mikroorganisme seperti bakteri, khamir, jamur dan sebagainya.
dalam blog saya yang lain pembahasan tentang jamurtiram sangat banyak diminati sehingga kalau search dari google dengan kata kunci jamur tiram akan muncul blog saya http://permimalang.wordpress.com
dengan mempelajari manfaat mikrobia maka kita akan mensyukurinikmat Allah. bahwa dalam ciptaannya tedapat tanda-tanda kebesaran Allah.
Mikrobia yang beitu kecil ternyata banyk membantu kehidupan manusia.
Banyak proses-proses pangan mempergunakan aktivitas mikrobia seperti tape, tempe, keju, roti, dan masih banyak lagi.
dalam bidang lingkungan banyak mikrobia yang mampu mengurangi pencemaran lingkungan sehingga limbah yang dibuang jdi aman bagi lingkungan.
dalam bidang kesehatan banyk antibiotika yng dihasilkan oleh mikrobia.
jadi?
akankah kita sombong bahwa kita manusia adalah serba bisa?
Posted by Picasa

Senin, November 02, 2009

Pembuatan Pati Ganyong

Pengolahan ganyong menjadi pati dilakukan sesuai dengan tahapan penelitian Utomo dan Antarlina (1997) yang telah dimodifikasi dengan tahapan proses produksi di desa Tawangsari dengan tahapan secara lengkap adalah sebagai berikut :
1. Tahap penyortiran dan Pencucian
Sortasi dilakukan untuk memilih umbi yang utuh, masih segar, tidak busuk. Pencucian dilakukan untuk membersihkan sisa kotoran (tanah) yang masih tertinggal dan membuang akar-akar yang terdapat pada permukaan kulit ganyong.
2. Penimbangan
Ganyong yang telah dibersihkan kemudian ditimbang untuk mengetahui berat yang diinginkan (timbangan telah dikirim ke UKM). Ganyong yang akan diolah sebanyak 50 kg.

3. Pemarutan
Pemarutan bertujuan untuk memperkecil ukuran sehingga mempermudah proses pemisahan. Pemarutan dilakukan tanpa proses pengupasan kulit umbi. Pada tahap pemarutan ini bahan yang tertinggal pada mesin diasumsikan sebesar 0,1 %.
4. Ekstraksi dan Penyaringan
Proses ekstraksi dilakukan dengan penambahan air dengan perbandingan umbi:air adalah 1:3, sehingga bubur ganyong yang dihasilkan 199,95 kg.. Pemisahan dilakukan dengan penyaringan menggunakan kain saring sampai diperoleh ampas dan cairan (suspensi pati). Ampas yang diperoleh dari proses penyaringan diekstraksi kembali dengan penambahan air (ampas:air=1:2), kemudian disaring kembali untuk mendapatkan susu pati. Pengepres otomatis telah dikirim ke UKM.
5. Pengendapan dan pembuangan air
Cairan berupa susu pati yang diperoleh dari penyaringan 1 dan 2 dicampur dan diendapkan selama 1 jam, kemudian air hasil pengendapan dibuang sehingga diperoleh pati basah. Pati basah yang dihasilkan kemudian dicuci kembali dengan menambahkan air, di aduk dan didiamkan selama 1 jam. Pencucian ini dilakukan sebanyak 3 kali. Pencucian ini dilakukan agar pati yang dihasilkan putih bersih.
6. Pengeringan
Pati basah hasil pencucian dikeringkan pada suhu 600 C selama 5 jam menggunakan mesin pengering untuk mengurangi kadar air bahan sehingga diperoleh produk yang kering. Pada tahap pengeringan ini dilakukan pemindahan posisi produk yang dikeringkan pada 2,5 jam pertama. Tujuannya agar produk kering secara merata.
7. Penggilingan
Penggilingan dilakukan dengan menggunakan mesin penepungan dengan ukuran mesh 80-100, sehingga tidak perlu adanya proses pengayakan. Proses penggilingan bertujuan untuk mendapatkan butiran pati yang seragam.
Posted by Picasa

Kamis, Oktober 22, 2009

Proses Pembuatan Minuman Probiotik Sari Ubi Jalar Oranye

  • Pemotongan

        Ubi jalar yang sudah dikupas dan dicuci kemudian dipotong kecil-kecil untuk memudahkan dalam penghancuran pada tahapan selanjutnya serta berguna pada saat proses blanching.

  • Blanching

    Blanching adalah pemanasan awal bahan baku yang bertujuan membunuh mikroba ikutan yang umumnya ada di permukaan bahan. Dilakukan pada suhu ±60-80°C selama 10 menit supaya tidak merusak kandungan beta karoten serta pati yang terdapat pada sari ubi jalar tidak mengalami pegendapan, hal ini kemungkinan terjadi gelatinisasi pati. Suhu gelatinisasi adalah suhu pada saat granula pati pecah (Winarno, 1991) serta dapat mencegah terjadinya browning.

  • Penghancuran

    Dilakukan menggunakan blender untuk mendapatkan sari ubi jalar dengan perbandingan ubi jalar : air = 1 : 2 agar mempermudah penyaringan.

  • Penyaringan

    Penyaringan dilakukan menggunakan kain saring untuk memisahkan ampas dengan sarinya.

  • Pengendapan

    Sari yang sudah didapatkan diendapkan menggunakan sentrifugator yang dapat memisahkan pati, supaya tidak merusak kualitas minuman probiotik yang dihasilkan, sehingga didapatkan filtrate / sari yang jernih.

  • Pemanasan

    Melalui pemanasan pada suhu ±80°C selama 10 menit, tujuannya untuk membunuh mikroba yang terikut selama proses sehingga dapat menjaga keawetan sari ubi jalar oranye.

  • Pencampuran

            Pada proses ini ditambahkan bahan tambahan seperti susu skim ke dalam sari ubi jalar oranye sebagai tambahan nutrisi bagi Bifidobacterium bifidum dan untuk menambah total padatan, membentuk tekstur yang bagus, membentuk aroma dan cita rasa, serta memperbaiki kualitas akhir produk probiotik yang dihasilkan. Pencampuran bertujuan agar bahan-bahan dapat larut dengan baik dan tidak menggumpal sehingga dapat memperbaiki kualitas akhir dan kenampakan produk.

  • Pemanasan

            Menurut Winarno (1991) pemanasan dilakukan pada suhu kurang dari 80°C selama 10 menit sebab bila dilakukan lebih dari itu dapat merusak kandungan nutrisi yang ada. Pemanasan akan menghilangkan oksigen, memacu pertumbuhan bakteri asam laktat, memecah beberapa zat dan memacu perubahan kimiawi yang menghasilkan faktor-faktor untuk pertumbuhan Bifidobacterium bifidum, serta dapat membunuh bakteri patogen.

  • Pendinginan

            Pendinginan dilakukan pada suhu ruang sampai suhu produk mencapai ±40°C agar sesuai untuk pertumbuhan Bifidobacterium bifidum.

    • Pengenceran

        Pengenceran dilakukan dengan tujuan menurunkan kandungan pati yang tidak dapat dipisahkan dengan cara disentrifugasi yang dapat merusak kualitas minuman probiotik seperti yang telah dijelaskan di atas. Pengenceran yaitu 0,5; 1; 1,5; 0,29 dan 0,71 (v/v air yang ditambahkan ke dalam sari ubi jalar oranye).

  • Inokulasi

            Inokulasi dilakukan dengan penambahan kultur starter sebanyak 2% (v/v) yang dilakukan secara aseptis, setelah itu dilakukan perhitungan jumlah Bifidobacterium bifidum dengan menggunakan haemacytometer sebagai jumlah bakteri awal yaitu sebanyak 103 log cfu/ml sebagai batas syarat tumbuh maksimal (Religinika, 2005).

  • Inkubasi

            Inkubasi dalam inkubator pada suhu yang disesuaikan dengan rancangan percobaan yaitu pada suhu 25; 35; 45; 21dan 49°C selama 15 jam.

Sabtu, Oktober 17, 2009

Biosurfaktan dari Rhodococcus erythropolis

Biossurfaktan adalah molekul amfipatik yang dapat dibedakan dalam senyawa dengan berat molekul rendah seperti glikolipid, fosfolipid dan lipopeptida dan surfaktan dengan berat molekul tinggi seperti polisakarida, protein, lipoprotein atau biopolymer kompleks lainnya (Rosenberg and Ron. 1990).

Biosurfaktan memiliki aplikasi yang menarik karena sifat-sifat fungsionalnya yang luas termasuk di dalamnya kemampuan dalam pembersihan, pembasahan, pembuihan, emulsifikasi, reduksi viskositas, pemisahan dan pelarutan. Kemampuan tersebut banyak dimanfaatkan dalam industri pembersih, pertanian, konstruksi, pangan, kertas, industri logam, tekstil, kosmetik, farmasi dan industri petrokimia termasuk dalam aplikasi di lingkungan untuk bioremediasi. Biosurfaktan memiliki kelebihan karena mudah didegradasi, toksisitasnya rendah, dan dapat dihasilkan dari substrat yang bernilai ekonomi rendah ataupun limbah (Banat, Makkar., and Cameotra. 2000).

Surfaktan dihasilkan oleh berbagai mikrobia (bakteri dan jamur), sebagai produk ekstraselular terutama jika ditumbuhkan pada n-alkana atau yang sejenis. Namun demikian, beberapa surfaktan microbial dapat dihasilkan pada substrat yang larut air (Fiechter. 1992).

Rhodococcus erythropolis mampu menghasilkan biosurfaktan saat ditumbuhkan pada gliserol dengan suhu 280C. Biosurfaktan yang dihasilkan setelah 51 jam penumbuhan adalah sebesar 1,7 g/L dengan tegangan muka sebesar 43 mN/m dan tegangan permukaan (dengan n-heksadekana) sebesar 15 mN/m, indeks emulsifikasi (E24), dan minyak yang dapat dihilangkan 94 %. Penggunaan gliserol lebih baik dalam produksi gliserol dibandingkan sumber karbon hidrofobik (Ciapina, et al. 2006).

Kamis, Oktober 01, 2009

Kontaminan Bakteri pada Produksi Bioethanol

Tidak seperti operasi minuman beralkohol, fermentasi etanol untuk bahan bakar tidak dirancang pada kondisi kultur murni. Oleh sebab itu kemungkinan terjadinya kontaminasi cukuplah besar. Oleh sebab itu penggunaan kultur yang baik yang dapat berkompetisi dalam penggunaan sumber karbon dengan kontaminan sangatlah perlu. Bakteri-bakteri yang sering menjadi kontaminan adalah bakteri asam laktat dan bakteri asetat.

Umuna diyakini bahwa kontaminan utama adalah bakteri asam laktat. Pada fasilitas produksi harus secara rutin dilakukan monitporing terhadap konsentrasi bakteri asam laktat dan asetat ini agar ambang batas amanya dapat tetap terjaga. Hasil survey di Korea yang menggunakan tapioca dan barley menunjukkan bahwa bakteri yang ada adalah: Lactobacillus fermentum, L. salivarius, dan L. casei.

Adanya bakteri asam laktat adan asetat menyebabkan meningkatnya keasaman media dan menurunkan produksi etanol serta pertumbuhan khamir. Tergantung dari spesiesnya, jumlah bakteri 105 – 109 akan menyebabkan penurunan produksi etanol.

Berbagai bahan telah digunakan untuk mengendalikan bakteri pada fermentasi alcohol. Bahan-bahan antispetik yang pernah diujikan adalah hydrogen preoksida, potassium metabisulfit, dan 3,4,4-triklorokarbanilid, dan antibitotika seperti penisilin, tertrasiklin, monensin dan virginiamisin. Saat ini yang secara komersial digunakan adalah Penisilin dan virginiamisin.

Sumber:.

Kelly A. Skinner and Timothy D. Leathers. Bacterial contaminants of fuel ethanol production. J Ind Microbiol Biotechnol (2004) 31: 401–408.

Jumat, September 04, 2009

Pasta

Produksi pasta terdiri dari 3 operasi dasar, yaitu pencampuran (mixing), pembentukan (forming), dan pengeringan (drying).

1. Pencampuran (Mixing)

Pada operasi pencampuran, cairan ditambahkan ke dalam tepung untuk membentuk adonan dengan kadar air 31%. Telur dan bahan tambahan juga ikut dimasukkan (Anonymous, 1995). Jika menggunakan telur maka penggunaan air juga dikurangi agar kadar air adonan tetap berkisar 31%. Selama pengadukan partikel tepung harus tercampur dengan air secara homogen untuk menghindari terjadinya bintik-bintik putih pada produk akhir (Marchylo and Dexter, 2001). Udara juga dikeluarkan selama pengadukan agar pada produk akhir tidak ada gelembung udara (Atwell, 2001). Untuk adonan yang menggunakan telur, suhu telur tidak boleh melebihi 30-33 0C, jika suhu kurang dari itu waktu pengadukan akan menjadi lebih lama dari 12-14 menit. Air yang digunakan untuk adonan tidak boleh lebih dari kisaran 35-45 0C (Anonymous, 2000).

2. Pembentukan (Forming)

Pembentukan pasta terdiri dari dua tahap yaitu rolling dan cutting. Pada proses rolling adonan akan dipres melalui mesin pasta sehingga akan dihasilkan lembaran adonan. Proses ini juga bertujuan untuk mengeluarkan udara dari adonan untuk menghindari terjadinya gelembung pada produk akhir (Anonymous, 1995).

3. Pemotongan (Cutting)

Proses cutting tergantung pada pada tipe produk yang dibuat, apakah adonan akan dipotong atau ditekan melalui cetakan. Jenis pasta berbentuk pita dan tali (seperti fettuccine, lingueni, spaghetti, dan capellini atau angel hair) dipotong dengan pisau berputar (Anonymous,2005 d).

4. Pengeringan (Drying)

Pengeringan adalah pengurangan kadar air dari suatu bahan. Air yang dikurangi mungkin berada di permukaan atau dalam bahan yang akan dikeringkan. Pengeringan pasta terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama ialah pre-drying yaitu dengan menggunakan suhu 75-85 0C. Menurut Atwell (2001), tahap awal pengeringan hanya mengeringkan permukaan pasta saja. Walaupun hanya 10% dari waktu pengeringan, proses ini mengurangi sepertiga kadar air pasta sehingga kadar air turun menjadi 20 %. Selanjutnya diikuti dengan pengeringan akhir dengan suhu berkisar 80-95 0C, sehingga akan dihasilkan produk akhir dengan kadar air 12-13% (Landi, 1995).

Jumat, Agustus 07, 2009

Probiotics may reduce cold and 'flu symptoms for children

By Stephen Daniells, 30-Jul-2009

Related topics: Science & Nutrition, Health and nutritional ingredients

A daily supplement of Lactobacillus and Bifidobacterium strains may reduce the incidence of cold and 'flu-like symptoms in children by 50 per cent, says a new study from Danisco.

A combination of the two strains was linked to reductions in fever incidence by 73 per cent, a reduction in the occurrence of runny noses by 59 per cent, and drop in the incidence of coughing by 62 per cent, according to findings published in Pediatrics.

"Daily probiotic dietary supplementation during the winter months was a safe effective way to reduce episodes of fever, rhinorrhea, and cough, the cumulative duration of those symptoms, the incidence of antibiotic prescriptions, and the number of missed school days attributable to illness," wrote the authors, led by Gregory Leyer from the Department of Research and Development for Danisco in Madison.

"L acidophilus NCFM alone was effective. There was, however, a trend for a broader protective effect with the combination of L acidophilus NCFM and B lactis Bi-07."

Indeed, when L. acidophilus NCFM was used alone the fever incidence was cut by 53 per cent, the occurrence of runny noses was reduced by 28 per cent, and the incidence of coughing fell by 41 per cent.

According to UNICEF, a global average of 16 per cent of children under five suffer from acute respiratory infections.

Study details

Leyer and his co-workers from Tongji University (Shanghai), the University of Texas at Houston, and Sprim USA (Frisco) recruited 326 children aged between three and five in a child care centre in China.

The children were randomly assigned to one of three groups, and received twice a day for six months the single L. acidophilus NCFM strain, the combination of the strains, or placebo.

In addition to the reductions in the incidence in fever, coughing, and runny noses, the researchers noted a reduction in the use of antibiotics in children either of the probiotic interventions, while these children also missed fewer days of child care.

"Although the reduced incidence of antibiotic prescriptions for all indications noted in an earlier study was confirmed, this study is the first to indicate a trend toward more-significant results with a combination versus single strain preparation," wrote the authors.

The duration of symptoms was also reduced in the placebo groups, with a 32 and 48 per cent decrease observed in the single strain and combination groups, respectively.

Commenting on the mechanism, the researchers said that an immune-enhancing effect was the "likely explanation, because numerous studies with various probiotic bacteria have demonstrated their ability to modulate immune responses through interactions

with toll-like receptors".1

Furthermore, they note that part of the rationale behind the strain choice for this study lay in the strains' ability to stimulate cells called dendritic cells that play a role in immune systems function.

Source: Pediatrics

2009, Volume 124: e172-e179
"Probiotic Effects on Cold and Influenza-Like Symptom Incidence and Duration in Children"
Authors: G.J. Leyer, S .Li, M.E. Mubasher, C. Reifer, A.C. Ouwehand

Rabu, Agustus 05, 2009

Oxo-bio industry says product claims valid

By Rory Harrington, 04-Aug-2009

An oxo-biodegradable industry body has refuted charges made by a rival association that its products fail to meet valid or recognised standards, and that the sector has yet to present sound scientific evidence to support its claims.

The Oxo-Biodegradable Plastics Association (OPA) has said the standards it uses to verify the biodegradability of its products are legitimate and that claims made by the industry are founded on solid science.

Recognised standards

Gerald Scott, Professor Emeritus in Chemistry and Polymer Science of Aston University and OPA Chairman, has rejected a series of charges laid against the sector by competitor European Bioplastics (EP).

In its second attack on the oxo-bio segment, EP said the American Standard ATSM D-6954-04 was not an acknowledged standard. Furthermore, it questioned the validity of citing the test because it had no pass/fail criteria but simply described how to operate tests in the laboratory.

But Scott, who is also chairman of the British Standards Institute Committee on Biodegradability of Plastics, said EP's accusation was incorrect.

"It is impossible to say that ATSM D6954 is not an acknowledged standard," he told FoodProductionDaily.com. "It not only provides detailed test methods but also provides pass/fail criteria."

The retired professor gave para 6.6.1 as an example that requires 60 per cent of the organic carbon must be converted to carbon dioxide prior to the end of the test and that gel content must be no higher than 10 per cent.

EB had also criticised use of the standard as it did not comply with EN13432, used by its own members, that sets a deadline for this to occur within 180 days. But Scott said there was no requirement for the 60 per cent conversion to be achieved in this time because, while timescale was critical in an industrial composting process, it was not critical for biodegradation in the environment. He said that for EB to compare the two standards did not make sense as they tested for different things; compostability in the case of EN 13432, while ASTM checked biodegradability.

"The issues raised by EB are not about clarification- they seem to me an attempt to confuse the public by suggesting a plastic is not biodegradable unless it can pass the 90 per cent mineralization test in EN 13432 and similar standards," said Scott . "EB knows perfectly well that this test is appropriate for composting but not for products designed to biodegrade in the environment."

Independent tests but results confidential

The OPA chairman also dismissed EP charges that the oxo-bio sector made "self-declared" claims, saying the products were subject to independent testing and their validity based on well-established science. The tests were conducted according to ASTM D-6954 by independent laboratories such as US and UK-based Smithers-RAPRA, Applus in Spain and Belgian testers OWS, said the body citing a number of examples.

Oxo-bio products degrade according to the definition as those "breaking down to a specific extent within a given time", said Scott in contradiction to another EB claim. He said that oxo-bio products meet definitions of oxo-degradation and oxo-degradability as defined by TC249/WG9 of CEN (the European Standards Organisation).

Scott said he had seen commercially confidential company reports verifying performance on degradability.

'I am satisfied that if properly manufactured oxo-bio products will totally degrade in the presence of oxygen," he added. "Timescale depends on the amount of heat, light and stress to which the materials is subjected."

Pre-treatment

EB claims that oxo-bio products could only be degraded under laboratory conditions after a pre-treatment were dismissed as irrelevant by the rival organisation.

Scott said that conditions in the laboratory were designed to simulate, so far as possible, conditions in the real world but had to be accelerated so tests could be done in a reasonable time.

"Pre-treatment does not invalidate the results as extrapolated to real-world conditions," he said.

Selasa, Agustus 04, 2009

Scientists Find a Microbe Haven at Ocean’s Surface

The New York Times <http://www.nytimes.com/>

July 28, 2009


 

By CARL ZIMMER


 

The world's oceans are like an alien world. The National Oceanic and Atmospheric Administration estimates that 95 percent of them remain unexplored. But the mysteries do not start a mile below the surface of the sea. They start with the surface itself.


 

Scientists are now discovering that the top hundredth-inch of the ocean is somewhat like a sheet of jelly. And this odd habitat, thinner than a human hair, is home to an unusual menagerie of microbes. It's really a distinct ecosystem of its own, said Oliver Wurl, of Canada's Institute of Ocean Sciences.


 

This so-called sea-surface microlayer is important, scientists say, in part because it influences the chemistry of the ocean and the atmosphere. One of the most significant things that happens on our

planet is the transport of gases in and out of the ocean, said Michael Cunliffe, a marine biologist at the University of Warwick in England. The ocean stores a large fraction of the global-warming gases we produce; at the microlayer, the gases are pulled down.


 

It's the ocean breathing through its skin, Dr. Cunliffe said.


 

Sailors have long known that the surface can be covered with oily slicks (hence the phrase pouring oil on troubled waters). But when scientists began studying the surface in the mid-20th century they found it vexing. A scientist cannot just dunk a bucket into the ocean without dredging up deeper water as well. Even defining the surface is hard, since it's moving up and down, said Peter Liss, a professor of environmental sciences at the University of East Anglia in England.


 

So scientists had to invent some tools to skim the surface. Dr. Liss and his colleagues, for example, chill a piece of glass with liquid nitrogen and lower it into the sea, freezing water it contacts.


 

These tools have allowed scientists to discover that the top hundredth of an inch is chemically distinct. It is loaded with molecules carried up by air bubbles and concentrated at the surface.


 

Recent surveys carried out by Dr. Wurl and his colleagues have revealed that the microlayer has a rich supply of sticky clumps of carbohydrates. These carbohydrates are made by single-cell organisms called phytoplankton that live lower in the ocean to stick together in colonies. Eventually the carbohydrates break off the phytoplankton and clump together. Dr. Wurl's studies indicate that many of them rise to the microlayer, forming a film.


 

I really imagine it as tiny pieces of jelly floating on the ocean, Dr. Wurl said.


 

It may be hard to imagine such a fine coat of slime holding together for long on top of the heaving ocean. But Dr. Wurl has found that it is quite durable. We have collected microlayer samples with wind conditions of 16 to 18 knots, he said. It's not pleasant to be in a small boat at that wind speed. That tells us the microlayer is pretty stable.


 

Dr. Wurl and his colleagues report the findings in a paper to be published in the journal Marine Chemistry <http://www.elsevier.com/wps/find/journaldescription.cws_home/503349/description#description>.

He suspects that when waves disrupt the jellylike microlayer, air bubbles deliver sticky material back to the surface.


 

Dr. Cunliffe, who has replicated Dr. Wurl's results, argues that these studies mean that the microlayer is a special kind of habitat for microbes. The gelatinous film calms the turbulence in the microlayer, which may make it easier for bacteria to attach to the particles and feed on the molecules flowing past.


 

To document the sort of microbes that live in the microlayer, Dr. Cunliffe and other researchers are collecting surface water, breaking open the cells it contains, and sequencing the genes they hold. They compare the microlayer residents to the microbes that live a few inches deeper.


 

We're finding consistently different communities, Dr. Cunliffe said. The microlayer communities are dominated by groups of microbes well known for forming biofilms on more familiar surfaces, like rocks in streams, our teeth and the insides of sewer pipes.


 

They're always the usual suspects, Dr. Cunliffe went on. If our hypothesis is correct, it makes complete sense.


 

Dr. Liss called the finding a really interesting result, because it shows that the microlayer is a really different environment.


 

Scientists say it is important to become better acquainted with this mysterious ocean skin, because it may play a critical role in the environmental well-being of the planet. Studies have shown, for example, that pollutants like pesticides and flame retardants can be trapped in the microlayer.


 

Dr. Cunliffe and his colleagues have identified bacteria in the microlayer that devour important chemicals like methane and carbon monoxide. The microlayer is also crucial to the ocean's ability to absorb carbon dioxide, a potent greenhouse gas.


 

It's actually sucking the carbon dioxide down into the water column, Dr. Cunliffe said.


 

Dr. Liss said the microlayer was clearly important, because it's where the ocean and the atmosphere interact.


 

But it's difficult to study, he added, so it hasn't received as much attention as it ought to.

 

Sabtu, Agustus 01, 2009

Bioplastic bodies trade blows as row breaks out

By Rory Harrington, 23-Jul-2009

Related topics: Packaging, End-of-Line Packaging, Packaging Materials, Primary Packaging

A war of words has broken out within the bioplastics packaging industry with two trade bodies levelling a series of negative allegations about the different sectors.

The controversy was ignited yesterday after industry association European Bioplastics (EB) publicly denounced claims made by the oxo-biodegradeable (OB) industry as "misleading" and "free of substance".

The Oxo-Biodegradable Plastics Association (OBPA) hit back by saying its products were superior and EB had gone on the attack in a bid to protect its market share.

EB issued a position paper distancing itself from the OB sector, saying there were "serious concerns amongst many plastics, composting and waste management experts that these products do not meet their claimed environmental promises".

The oxo-biodegradation industry says its plastics "self-destruct" or biodegrade when they are exposed to UV irradiation or heat because substances such as cobalt, nickel and zinc are added to conventional plastics at the time of manufacture. These reduce the molecular weight of the material over a pre-determined period and they fragment – allowing them to be consumed by bacteria and fungi.

But EB challenged these claims because it says at present they cannot be verified with reference to international standards. The organisation said OB products did not biodegrade but only fragment into invisible pieces, saying "this is not generally considered as a feasible manner of solving the problem of plastic waste".

"Bioplastics are still a relatively young industry", said Andy Sweetman, Chairman of the Board of European Bioplastics. "Inherent implications made on the environmental suitability of our products are subject to close scrutiny by all kinds of stakeholders. It is, therefore, vital that claims on biodegradability or compostability are backed by internationally accepted standards."

He added that it was vital that the public not be confused by claims on biodegradability and compostability resulting from differing methods.

"If certain products that claim to be biodegradable or compostable are proven not to fulfill acknowledged standards, this is liable to impact negatively on our own members' products, even though they do fully comply", Sweetman said.

He added it was vital its own compostability mark, known as the seedling, not be associated with any oxo-biodegradable product as they did not comply with recognized European standards. This is why EB had successfully fought against attempts by the OB industry to "water down" EN 13432, said Sweetman.

EB also raised concerns that a public misperception of OB products could encourage more littering and interfere with organic and recycling schemes.

But the Oxo-Biodegradable Plastics Association (OBPA) dismissed EB arguments saying its products were tested for degradability, biodegradability and non-eco toxicity against criteria laid down in American Standard ASTM D6954-04. Authorities in France had published a standard for OB products, while the UK was in the process of developing one, it added.

The OB body also rejected charges of trying to dilute European standards.

"EP fought to prevent the amendment of EN13432 because they have a commercial interest against a European Standard with tests appropriate to oxo-bio," an OBPA spokesman told FoodProductionDaily.com.

It added that composting was not the same as biodegradation in the environment as it was an artificial process operated according to a much shorter timescale than the processes of nature.

"Therefore, Standards such as EN13432, ISO 17088, and their American (ASTM D6400) and Australian (AS 4736-2006) equivalents, designed for compostable plastic, cannot be used for plastic which is designed to biodegrade if it gets into the environment," added the spokesman. "The hydrobiodegradable industry has consistently lobbied for standards and legislation which give its product an artificial advantage, and has consistently blocked proposals for change."

Regarding concerns that its products could lead to more litter, it said there was no evidence to suggest this would happen.

OBPA concluded: "Composting of organic waste makes sense, but compostable plastic does not. It is up to 400% more expensive than ordinary plastic; it is thicker and heavier and requires more trucks to transport it. If buried in landfill, compostable plastic will emit methane."

Jumat, Juli 17, 2009

Pre-, probiotics combo may reduce food allergy: Danone study

By Stephen Daniells, 16-Jul-2009

Related topics: Formulation

A supplement combining a prebiotic fibre and a probiotic strain may reduce allergic responses to cow's milk, when used in conjunction with small amounts of whey, says a new study.

Mice fed the synbiotic mixture and undergoing oral sensitisation with whey displayed less allergic skin response and a decreased anaphylactic reaction, compared with whey-sensitised mice not receiving the supplement, according to findings published in the Journal of Nutrition.

"Dietary supplementation with [prebiotic] Immunofortis, [probiotic] Bifidobacterium breve M-16V, and particularly the synbiotic mixture, provided during sensitization, reduces the allergic effector response in a murine model of IgE-mediated hypersensitivity that mimics the human route of sensitization," wrote the researchers led by Leon Knippels from Danone Research–Centre for Specialised Nutrition and the University of Utrecht.

Immunoglobulin E (IgE) is the predominant antibody associated with an allergic response.

"This model shows the potential for dietary intervention with synbiotics in reducing the allergic response to food allergens."

If the results can be repeated in humans, synbiotics may offer hope for the increasing number of people suffering from allergic disease. An estimated eight per cent of children in the EU suffering from food allergies, according to the European Federation of Allergy and Airways Diseases Patients' Associations.

The most common food allergen ingredients and their derivatives are cereals containing gluten, fish, crustaceans, egg, peanut, soybeans, milk and dairy products including lactose, nuts, celery, mustard, sesame seed, and sulphites.

"Cow milk allergy is the most common food allergy in children," explained Knippels and his co-workers. "So far, no effective treatment is available to prevent or cure food allergy."

Study details

Using a mouse model of orally induced cow's milk allergy, the Netherlands-based researchers tested the effects of dietary supplementation with a prebiotic mixture (2 per cent, Immunofortis, a mix of galacto-oligosaccharides and fructo-oligosaccharides), a probiotic strain (2 per cent, B. breve M-16V, Morinaga Milk Industry), or a synbiotic (2 per cent) mix of both.

"Mice fed pro- and prebiotic diets had a significantly reduced acute allergic skin response upon whey challenge in the ear compared with whey-sensitized mice fed the control diet," report the researchers. "The synbiotic diet was even more effective and almost completely prevented occurrence of the acute skin response as well as anaphylactic shock reactions."

While IgE levels were not affected by any of the interventions, said the researchers, but IgG2a levels were – the antibody specific to whey. These increases in IgG2a may reflect a response by T-cells in the pro-, pre-, or synbiotic diet, said the researchers.

"Synbiotics comprise a promising concept that may be more effective in reducing allergic symptoms than single preparations of pre- or probiotics," concluded the researchers.

Definitions

According the FAO/WHO, probiotics are defined as "live microorganisms which when administered in adequate amounts confer a health benefit on the host". Prebiotics are "nondigestible substances that provide a beneficial physiological effect on the host by selectively stimulating the favourable growth or activity of a limited number of indigenous bacteria".

Prebiotics are defined as: "A selectively fermented ingredient that allows specific changes, both in the composition and/or activity in the gastrointestinal microflora, that confers benefits upon health wellbeing and health." (2004)

Source: Journal of Nutrition
July 2009, Volume 139, Pages 1398-1403, doi:10.3945/jn.109.108514
"Cow Milk Allergy Symptoms Are Reduced in Mice Fed Dietary Synbiotics during Oral Sensitization with Whey"
Authors: B. Schouten, B.C.A.M. van Esch, G.A. Hofman, S.A.C.M. van Doorn, J. Knol, A.J. Nauta, J. Garssen, L.E.M. Willemsen, L.M.J. Knippels

Senin, Juni 29, 2009

pemulung?

Pertama saya ketemu, dia hanya seorang diri, duduk termangu.. dg baju lusuh membawa karung sampah dan dg pandangan kosong,.. seperti tak ada harapan....

Akhirnya saya putuskan untuk mendekati, saya tanya: apa sudah makan? dia bilang belum..

dan dia bilang: "saya pengin sekolah bu..." pengin ikut ibu..

Saya bilang: ok, ok... tapi kamu bilang dulu sama bapakmu, saya takut orang tua mu marah....

Dia bilang: "Bu..., bapa saya gak bisa ngomong...?
Maksudmu apa...., apa dia bisu...??
Dia mengangguk...
Ohh Yaa Allah...(batinku..)

dia bercerita lagi: Bapa sering disiram minyak sama ibu saya bu...(anak itu cerita sambil berlinang air mata)

OHHH...Yaa Allah..., ketika itu juga rasanya semua tulang2 saya lepas, dan teriris iris ngilu... (betapa kasihannya batin anak ini... sesungguhnya..)
Saya rasanya tak ingin pulang dulu sebelum bisa membuat anak ini tenang dan sedikit ada harapan...
Rasanya juga pengin saya ajak pulang,.... untuk tinggal di warung kecil saya (karena rumah ku juga belum memungkinkan untuk di tinggali orang asing)..

Setelah tenang,... saya janji untuk esoknya sy kembali lagi...

Ketika saya kembali, dia ajak adiknya yang masih 5th dan 6th...
Juga ada temen2 nya yang sudah sekolah walopun anak pemulung...

Alhamdulillah saya juga sudah menemukan sekolah yang kira2 dapat menampung mereka..
Tinggal kemantapan mereka saja, dalam sekolah.

Alhamdulillah mereka sudah datang sekali ke warung kecil saya, sehingga InsyaAllah bisa sering komunikasi dan membantu mereka se mampu sy tanpa harus saya cari mereka..

Lalu saya ber andai-andai, seandainya saya punya tanah kosong dan uang lebih... saya buatkan mereka rumah singgah... yang dapat membuat mereka selalu bisa mengembangkan bakat dan berbagi dalam hidup ini.... sehingga meringankan beban mereka dan mereka juga punya harapan masa depan yang lebih baik..

Semoga Allah swt mengabulkan apa yang sy harapkan ini... Amien...

Cerita diatas bukan riya' tapi ingin rasanya kita sama2 mengajak teman-teman untuk berbagi jika menemukan anak-anak yang kondisinya seperti itu...

Wassalam,
eni

Rabu, Mei 20, 2009

Bacteria eating viruses help fight food pathogens: EFSA study

By MIke Stones, 18-May-2009

“Bacteria eating” viruses, known as bacteriophages, could be an effective way of eliminating specific food pathogens, according to a recent report from the European Food Safety Authority’s BIOHAZ Panel.

Some bacteriophages, under specific conditions, could be used to eliminate specific pathogens in milk and meat products, concluded the study.

The panel, which deals with biological hazards in the field of food safety and food-borne diseases, noted that bacteriophages tend to persist longer than their hosts and behave as inert particles in the environment.

But, their long-term antibacterial activity is reduced on dry surfaces and their persistence in food varies with each bacteriophage, and with the conditions of application. Factors include: Dose, and physical and chemical factors associated with the food such as pH and moisture levels. For example, refrigeration temperatures improve the persistence of bacteriophages on the surfaces of meat and dairy products.

Environmental factors

However, after reviewing peer-reviewed scientific literature, the panel was unable to conclude whether or not bacteriophages can protect against bacteria in cases where the food becomes re-contaminated. The effectiveness of bacteriophages against re-contamination of food may vary according to the characteristics of the food, the type of bacteriophage and how it is used, and environmental factors.

The panel recommended further research to gauge the persistence of bacteriophages in foods and their ability to prevent recontamination with bacterial pathogens. Research should focus on specific combinations of bacteriophages, pathogens and foods, it said.

The panel’s study stemmed from a request from European Commission for the European Food Safety Authority (EFSA) to advise on the use of bacteriophages on food of animal origin. It was asked to particularly focus on the mode of action of bacteriophages on carcasses, meat and dairy products.

Bacterial cells

Bacteriophages occur in a broad range of habitats in nature and can be isolated from meat, milk and derived products. They replicate best on growing bacterial cells, but can also reproduce on cells which are not in a growing phase.

The US Food and Drug Administration first approved the use of bacteria eating viruses as food additives in ready-to-eat meat and poultry to protect against Listeria three years ago.

Senin, Mei 18, 2009

Fermentasi Kedelai Berkelanjutan

12 Mei 2009
Dalam rangka melakukan penelitian yang berkolaborasi dengan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), Prof. Dr. Ir. Sri Kumalaningsih, M.App.Sc melakukan kunjungan ke Thailand pada Senin (27/4)-Kamis (7/5). Diwawancarai PRASETYA Online, Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian ini menyatakan bahwa proposal yang akan diajukannya berjudul "Sustainability of Fermented Soybean to Alleviate Poor People". Dalam penelitian tersebut, pihaknya berupaya untuk menyusun aneka teknologi fermentasi yang murah dan tepat guna di berbagai kawasan di Asia dengan menggunakan kedelai varietas lokal. Beberapa negara yang menjadi acuan diantaranya adalah Thailand, Indonesia, China, dll. Di Thailand, pihaknya secara khusus melakukan observasi pengolahan kedelai untuk pembuatan kecap dan tauco dalam skala industri besar. Sementara di Indonesia, observasi serupa pun dilaksanakan dengan pengamatan khusus pada pembuatan tempe secara tradisional dalam skala industri kecil dan menengah. Hal yang menjadi perhatian khususnya ketika berkunjung ke Thailand adalah pengolahan kedelai untuk menjadi aneka produk tanpa menyisakan sedikitpun limbah dengan proses yang lebih cepat dan manajemen yang tertata. "Mereka bekerja dengan disiplin dan etos kerja tinggi yang disertai manajemen yang tertata sehingga lebih efisien dan produktif. Selain itu, mereka juga telah memperhatikan manajemen lingkungan sehingga proses produksi relatif lebih higienis", terangnya. Program kali ini merupakan salah satu perwujudan dari visinya yaitu teknologi tinggi untuk masyarakat tak berdaya (high technology for poor people). Terkait hal ini, ia secara khusus menyoroti program plasma di Thailand dimana industri skala besar berkolaborasi dengan Usaha Kecil Menengah (UKM) diantaranya dalam hal supply bahan baku dan penanganan sub product maupun by product. Melalui kunjungannya kali ini, ia bermaksud untuk melakukan studi banding dan tukar wawasan dalam berbagai proses pengolahan kedelai di Asia. Manajemen ini pula, yang menurut rencana akan ia gunakan dalam merealisasikan idenya untuk memasok susu kedelai ke berbagai rumah sakit di Indonesia. [nok]

Minggu, Mei 03, 2009

Jamur Tiram - Purwokerto

Assalamualaikum, buat semuanya

Memang cukup mudah untuk membudidayakan jamur tiram. Tetapi terkadang bahan baku sulit didapat terutama bibit dan serbuk gergaji apalagi untuk daerah perkotaan yang justru merupakan lahan pemasaran yang sangat bagus. Dengan permasalahan yang demikian tidak mustahil asa untuk berbudidaya jamur jadi berkurang atau malah mungkin tidak dijalankan karena malas yang mengakibatkan kerugian.

Jika anda ingin memulai usaha ini mungkin anda bisa bermitra dengan saya. Saya juga menjual media jamur tiram siap panen. Bentuknya sudah dibungkus dg plastik PP (polypropilen), sudah memalui tahap pencampuran, pengukusan pemberian bibit dsb. Jadi anda tinggal melakukan perawatan dg menyemprotkan air 3-5 kali setiap hari. Dan anda tinggal memanen dalam beberapa hari (tergantung umur dari pembibitannya)

Jika ada yang berminat hub. no. 02817951188, (0281) 622274 atau zanzan74@yahoo.com .

Buat Pak Nur jika ada yang berminat mohon bantuannya untuk ditujukan ke no diatas. Kami melakukan pelayanan pesan antar untuk daerah manapun. Sekedar informasi domisili saya di Purwokerto.

Rabu, April 22, 2009

Food grade polypropylene may be on the horizon

By staff reporter, 20-Apr-2009

Related topics: Packaging

A research project that aims to ascertain the feasibility of recycling polypropylene (PP) into food grade packaging is underway in the UK.

The UK government funded Waste & Resources Action Programme (WRAP), which is charged with ensuring that the UK meets EU requirements on reducing waste, said the new scoping study will be conducted by Axion Consulting, in partnership with Greenstar WES, Fraunhofer IVV and Pira Consulting.

PP makes up a significant proportion of plastic food packaging including yoghurt pots, margarine tubs and sauce bottles; WRAP claims that the ultimate objective of this project is to develop a process to enable PP to be recycled and thus make it a more sustainable type of packaging.

High density polyethylene (HDPE) and polyethylene terephthalate (PET) bottles are increasingly recycled back into new plastic bottles and into food grade packaging too, but the infrastructure to recycle PP into food grade packaging does not exist, even though it is regularly recycled into industry plastics application such as buckets and pallets.

According to Axion Consulting, the study will test whether the food grade HDPE recycling process already in existence can be used to recycle PP so that it meets food grade standards.

Demanding process

Paul Davidson, special advisor on plastics at WRAP said that the agency recognises that retailers, brand owners and packaging companies all want PP to be available for food grade packaging:

"However with its many different grades and colours used in packaging, developing such a process will be demanding. We are pleased to be working with experts in this area to help scope this work, and enable the industry as a whole to move towards more sustainable packaging."

The scoping study ends in August, said WRAP, with its findings set to be published in the autumn.

Supply restrictions

However, according to the British Soft Drinks Association (BSDA), while a drive for greener packaging is ensuring a rapid demand increase for recycled materials in products, the supply currently remains limited for materials such as recycled PET (rPET).

And BSDA spokesperson Liz Bastone claims that governments have to do more to do to ensure the use of recycled packaging remains viable.

"It is essential that recycling rates grow and as part of the BSDA's sustainability strategy, the industry is keen to work with national and local government to further improve kerbside recycling schemes and recycling infrastructure," Bastone stated. "Clear, simple and consistent schemes will encourage consumers to recycle and will improve collection rates."

http://www.ap-foodtechnology.com/Packaging/Food-grade-polypropylene-may-be-on-the-horizon


 

Senin, April 20, 2009

Penyuluhan pembuatan Bioarang dari Daun Tebu oleh TIM PKM UB


TIM PKM Fakultas Teknologi Pertanian UB kemarin, Minggu, 19 April 2009 mengadakan penyuluhan tentang pembuatan bioarang dari daun tebu di desa Sukonolo Bululawang Malang. TIM didampingi oleh pembimbing (Nur Hidayat) dan dihadiri oleh aparat dan warga. Antusias warga cukup tinggi karena memang disana merupakan daerah penghasil tebu.
Selama penyuluhan juga diputarkan video tentang materi yang sama.
penyuluhan tentang anlisis biaya produksi akan dibeikan dua minggu lagi, kemungkinan warga akan lebih banyak yang hadir.
selamat ya mbak dan mas, dan siapkan diri lebih baik untuk penyuluhan mendatang.

Rabu, April 15, 2009

‘Great potential’ of probiotic ice-cream

By Stephen Daniells, 08-Apr-2009

Related topics: Probiotics, Research, Probiotics and prebiotics

Ice-cream as a vehicle for delivering probiotic strains has 'great potential', giving a health boost without affecting the sensory profile of ice-cream, say Brazilian scientists.

But the products must be backed up by the science and accompanied by consumer education to change eating habits of ice-cream from an occasional to a frequently consumed food, according to a new review published in Food Research International.

"The incorporation of probiotic bacteria into ice-creams is highly advantageous since, in addition to being a rich food from the nutritional point of view, containing dairy raw material, vitamins and minerals in its composition, it is usually consumed by everybody, being well accepted by the public," wrote the reviewers, led by Adriano Cruz from Universidade Estadual de Campinas in Sao Paulo.

"In the specific case of probiotic ice-cream, this is a concrete challenge as, most of the times, ice-cream is not consumed daily by most of the consumers, and this frozen dessert is more frequently consumed during the summer in most of the countries, and it is hence considered as an occasional food."

The review was welcomed as "timely" by probiotic expert Professor Gregor Reid from the Canadian R&D Centre for Probiotics at the Lawson Health Research Institute, and The University of Western Ontario.

"In the end, I suspect it will not give more than other delivery vehicles, just an alternative source for consumers," Prof Reid told NutraIngredients.com..

Technological issues

Successful formulation of probiotic ice-cream is dependent on overcoming certain technical challenges.

According to the reviewers, frozen products like ice-cream present particular challenges, such as the beating in of air - known as overrun. There is also the issue of storage under freezing temperatures, which would affect the viability of the strains over time.

Additional issues to be considered by formulators is which strain to use, how and when the bacterial inoculum is added to the product, in what quantities, as well as the choice of other ingredients, "especially any fruit pulp/juice, which will give the final flavor to the product", wrote Cruz and his colleagues.

Confirming the finished product is probiotic

"Even though several studies have shown adequate viability of the probiotic cultures during storage of ice-creams, more clinical studies on the consumption of probiotic ice-creams are recommended," wrote Dr Cruz and his colleagues.

"Also, it is important to confirm if, after long storage periods, the probiotic cultures are still able to confer the same health benefits already observed in other foods with shorter shelf-lives and higher storage temperatures, such as yoghurts and fermented milks."

Professor Reid agree, telling this website: "Key issues [of delivering a probiotic ice cream] will be reproducibility of the viable count, calculating what a single dose is and proving that such a dose confers specific health benefits," said Prof Reid.

Already on the market

A scan of Mintel's New Products Database reveals there were 35 probiotic frozen dessert launches between 2006 and summer 2008 in countries such as Spain, Ireland, Belgium, Columbia, India and China.

Indian company Gujarat Co-operative Milk Marketing Federation launched two probiotic ice creams - Amul Sugar Free Probiotic Frozen Dessert and Amul Prolife Probiotic Wellness Ice Cream - in 2007 with the former targeting diabetics and the latter being sold on a broader wellness platform.

Unilever, the world's biggest ice cream maker, added an iced lolly containing probiotic bacteria to its Walls Milk Time range, and is aimed at children in the UK.

In Latin America, Chr Hansen has developed a probiotic ice cream with a Costa Rican ice cream producer. Euromonitor predicted Unilever, which is also the Latin American market leader, would not be far behind.

Professor Reid noted that "a so-called probiotic yogurt ice cream" is already on the market in Canada, "which states that 'probiotics reduce the risk of cancer'", he said.

"Whatever the claims made directly or indirectly, companies will need to do the human studies to verify them," said Prof Reid.

Source: Food Research International

Published online ahead of print, doi: 10.1016/j.foodres.2009.03.020
"Ice-cream as a Probiotic Food Carrier"
Authors: A.G. Cruz, A.E.C. Antunes, A.O.P. Sousa, J.A.F. Faria, S.M.I. Saad