Minggu, Januari 31, 2010

Membaca dan membaca


Membaca adalah jendela pengetahuan. Dengan membaca maka kita akan dapat mengetahui apa yang memang ingin kita ketahui. Tanpa membaca mungkin dunia kita akan teras sempit karena banyaknya yang tidak kita ketahui atau kita menjadi sombong karena kita tidak tahu bahwa ada yang jauh lebih besar dari yang kita kenal.

Begitu juga dalam beragama. Ayat pertama yang diturunkan pada Rasulullah SAW adalah Iqra’ (bacalah). Umat Islam diwajibkan membaca. Sayangnya makna membaca sering dianggap sekedar membaca tanpa makna. Akankah kita menganggap diri kita membaca kalo tidak tahu yang kita baca?

Dari Abu Umamah ra.a, dia berkata: “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Bacalah Al Qur’an karena sesungguhnya Al Qur’an itu akan datang pada hari kiamat sebagai syafaat bagi orang-orang yang senang membacanya.” (HR Muslim)

Hadits ini sering dimaknai membaca dengan mengerti atau tidak mengerti maknanya akan mendapat pahala. Memang demikian adanya namun menjadi syafaat dapatkan jika tidak memahami dan mengamalkannya, karena setiap surat dalam Al Qur’an yang kita baca dan amalkan akan menjadi syafaat sebagai mana hadits berikut:

Dari Nuwwas bin Sam’an r.a dia berkata: “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Nanti pada hari kiamat akan didatangkan Al Qur’an dan ahlinya yang senang mengamalkan petunjuknya di dunia, didahului dengan surat Al Baqarah dan surat Al Imran yang keduanya saling berbantah mengenai ahli masing-masing (bahwa orang ini adalah ahli yang mengamalkan surat Al Baqarah atau Al Imran).” (HR Muslim).

Membaca, memahami, mengamalkan dan mengajarkan itulah sebaik-baik umat. Sebagaimana sabda rasulullah SAW:

Dari Utsman bin Affan r.a. dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR Bukhari)

Mengajarkan bukan sekedar mengajarkan baca Al Qur’an namun mengajarkan bagaimana agar semua napas hidup kita dibimbing Al Qur’an.

Mampukan kita melakukannya?

Minggu, Januari 24, 2010

Menolak Fatwa?

akhir-akhir ini masyarakat sering mendiskusikan adanya fatwa MUI atau ulama yang lain, yang umumnya bersifat menolak karena tidak sesuai dengan apa yang sedang merka lakukan atau kerjakan. MUI atau ulama dianggap sebagai mengada-ada.

Seorang ulama adalah penerus Nabi dan sahabat karena di pundak beliau-beliaulah ajaran agama akan tetap tersampaikan. jangan samapi kita menjadi tersesat karena kita merasa lebih tahu padahal tidak tahu.

"Dan Allah sekali kali tidak akan menyesatkan suatu kaum sesuadah Allah memebri petunjuk kepada mereka hingga dijelaskan Nya kepada mereka apa yang harus mereka jauhi, sesungguhnya Allah Maha mengetahu sesgala sesuatu." QS At-Taubah: 115.

memang ada ulama yang mencari sensasi tapi selama mereka menyampaikan kebenaran maka sebenarnya bukan sensai yang mereka sampaikan tapi masalah itu dianggap kelewat batas oleh ulama.

kasus rebounding misalnya tersirat dalam pernyataan boleh untuk yg bersuami, intinya adalah lebih baik memakai jilbab daripada mempertontonkan keindahan untuk yang bukan berhak (mreka katakan keindahan ini kan dari Allah jadi harus kita pelihara lalu ditontonkan didepan banyak orang untuk mengundang decak kagum)

Aku pernah juga ditanya/ditegurseseorang "jangan kamu larang istri kamu untuk memakai cat rambut"

Aku hanya heran saja kok begitu ya. dan aku hanya jawab: Uban adalah petunjuk bagi orang agar ia sadar bahwa ia sudah tua. buat apa istriku mengecat rambut toh aku lebih bahagia jika ia tidak mengecatnya dan ia juga tidak akan mengecat untuk orang lain karena ia berjilbab. lalu aku beritahu dalil tentang cat rambut.

Msalah pre weeding adalah masalah kholwat dan meotret diri untuk berbangga. namun ulama agak berhati2 sehingga disampaikan setelah bulan2 orang ramai menikah. ulama2 shalaf bisanya tidak memasang goto di rumahnya seperti tidak memasang patung.

semua memang tergantung kita ketika kita menerima petunjuk apakah kita akan selalu membentengi diri kita dari kebenaran Al Qur’an dan Al hadits?

Sabtu, Januari 16, 2010

Ketua MUI Sependapat Foto Pre Wedding Haram

http://detiknews.com Jumat, 15/01/2010 15:14 WIB
Amanda Ferdina - detikNews
Jakarta
- Pengharaman kegiatan fotografi pra nikah (pre wedding) oleh forum bahtsul masail Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se-Jawa Timur ke-12 di Ponpes Lirboyo, Kediri, diamini Ketua Majelis Utama Indonesia (MUI) Cholil Ridwan. Cholil setuju karena hal itu selaras dengan ajaran Islam.

"Kalau dikembalikan ke syariat, saya tidak keberatan atas fatwa itu," ujar Cholil pada detikcom, Jumat (15/1/2010).

Jika merujuk ke ajaran Islam, lanjut Cholil, foto laki-laki dan perempuan sebelum nikah seperti suami istri memang haram hukumnya. "Kalau sudah nikah difoto dengan pose suami istri itu tidak apa-apa. Itu tak langgar syariat," jelasnya.

Menurut Cholil, saat ini, seperti halnya pacaran, foto pre wedding sudah seperti budaya dan itu sebenarnya haram. "Karena sudah jadi budaya, sepertinya tidak haram. Masalahnya kan mereka foto berpose suami istri," katanya.

Namun begitu, Cholil mengaku MUI pusat tidak akan membahas hal itu sepanjang tidak ada permintaan ke masyarakat ke lembaganya.

"Kalau ada lembaga atau pribadi meminta ke MUI agar memberikan fatwa, MUI ada kewajiban menjawabnya. Tapi selama tidak ada permintaan masyarakat, MUI sudah sibuk dengan permintaan (fatwa) yang menumpuk itu," jelasnya.

Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se-Jawa Timur sebelumnya memberikan pengharaman pada beberapa hal, antara lain rebonding dan foto pra nikah. Cholil menganggap pengharaman terhadap rebonding berlebihan. (amd/nrl)

Sabtu, Januari 09, 2010

Kyai dan Genetika

Membicarakan sosok Kyai kadang memang mengasyikkan terutama dengan segala keunikannya. salah satu sosok Kyai yang mungkin sangat kita kenal adalah Gus Dur.
Kali ini saya tidak bicara tentang Gus Dur karena ia telah tiada. semoga segala amal ibdahnya diterima Allah SWt Amiin.

Kita mungkin sering mendengar bagaimana para Kyai berceramah. namun kadang kita melihat pentingnya pengetahuan terutama yang akan disampaikan agar tidak terkesan aneh. sebenarnya kalo hanya aneh sih tidak masalah tapi kalo yang mendengarkan juga tidak tahu masalahnya dan menganggap yang bicara pasti benar, lalu diikuti apa tidak masalah?

Beberapa waktu yang lalu tetanggaku pernah bilang kalo rokok oleh sebagian masyarakt dianggap wajib karena kyainya kalo ceramah selalu merokok, nah umatnya melhat sang pimpinan. OOOOOOOOOOO kalogitu kita harus merokok, lihatlah panutan kita saja merokok. dan merokoklah mereka karena mencontoh ulamanya.

Beberapa hari yang lalu aku kebetulan melihat siaran langsung TV Lokal tentang ceramah sorang Kyai dari kota lain yang cukup terkenal. Aku mendapatkan ilmu baru yang belum pernah kupeoleh dari buku yang kubaca.

Meskipun aku sedikit banyak telah belajar mikrobiologi dan genetika sejak S1 tapi melihat dan mendengar ceramah ini sungg uh aku jadi perlu belajar lagi.
Teori keturunan ternyata ada yang beda dari pemahamanku selama ini.
Dalam ceramahnya sang Kyai menceritakan seorang suami istri yang membeli tempan tidur dari orang Belanda yang akan pulang ke negara asalnya. Nah suami istri yang pengantin baru ini tiap hari aktivitas suami istrinya di tempat tidur tersebut dan ketika lahir anak pertama,wajahnya mirip orang Belanda. sang suami jadi curiga sama istrinya. Lah orang kulit sawo matang asli seperti mereka kok anaknya bule. opo tumon pikir sang suami. Namun rasa itu disimpannya karena rasa sayang pada istinya. Eh anak kedua juga bule lagi. mereka pikir ada gen resesif pada mereka atau ada turunan Bule? setelah diselidik ternyata mereka Sawo matang tulen sama sekali gak ada gen bule. setelah dari dokter tidak membawa hasil lalu mereka ke ulama dan menceritakan semuanya. sang ulama bilang:

" ini karena lingkungan akan membawa dampak pada kehidupan kita. lingkungan yang baik akan membawa kita pada kebaikan. Mendidik anak juga dimulai dari dalam kandungan. bacakan yang baik2 maka anak akan menjadi baik. jika selama mengandung orang tua berbuat jahat anak juga akan jadi jahat. kalo kita makan babi maka sifat kita jadi seperti babi, maka babi diharamkan. begitu juga dengan anda berdua. karena selama ini anda di lingkungan tempat tidur orang Belanda maka anak anda jadi seperti mereka. oleh sebab itu cobalah tempat tidurnya diganti."

lalu gantilah tempat tidur mereka dan ternyata anak ketiga mereka sekarang tidak bule lagi.

sang ustadz menjelaskan pentingnya lingkungan yang mempengaruhi dengan teori genetika tempat tidur. saya tidak tahu apa begitu ilmunya yang dimiliki ustadz dan saya belum pernah baca karena sudah mulai malas baca.
Kalo umat yang mendengar percaya dengan inilalu rame2 beli ranjang bekas artis kan repot.
Makanya saya jadi tidak heran ketika ajudan Gus Dur berkunjung ke Pasuruan dan saat keluar bingung mencari sandalnya Gus Dur, ternyara sandal itujadi rebutan diciumi orang di dekat masjid.
Mestinya kita tidak perlu ngomong jika kita tidakmengerti ilmunya agar tidak menjerumuskan umat.

memang saya juga melihat tayangan sebelumnya bahwa untuk memperoleh ilmu dapat dilewati dengan beberapa cara:
cara pertama dilakukan oleh para sufi dan ulamadengan menyerahkan diri secara penuh pada Allah mempelajari kitab Al Qur'an dengan hati dan tindakan tanpa merubah makna dengan menambahi makna menurut penafsirannya.
adapula yang mempelajari Al Qur'an dengan penelitian2 dengan rujukan2 penafsiran sehingga muncullah banyak madzab yang kadang saling menyalahkan. dan keduanya akan dapat mencapai kebenaran.
hanya perlu dipikir apakah juga memperoleh kebenaran yangn benar? ataukah kebenaran yang benar-benar tidak benar?
Posted by Picasa

Selasa, Januari 05, 2010

DNA Bermutasi per 15 Batang Rokok

Penulis : Ikarowina Tarigan
PENELITI yang memetakan cetak biru genetik pasien kanker paru-paru menemukan bahwa perokok mengalami satu mutasi DNA per 15 batang rokok yang mereka hisap. Mutasi DNA, terang Dr Andy Futreal dari Wellcome Trust, akan terjadi karena asap rokok akan diturunkan ke setiap generasi sel selanjutnya, sehingga memicu kerusakan permanen.

Dalam studi ini, para peneliti dari Inggris mengerjakan proyek besar skala internasional yang mengidentifikasi 23,000 mutasi yang memicu tanda kerusakan akibat zat-zat kimia pada asap tembakau.

Para peneliti menemukan bahwa kerusakan genetik bervariasi, mulai dari perubahan satu huruf pada kode genetik seseorang hingga penghapusan atau penyusunan ulang ratusan dari ribuan huruf-huruf.

Menurut peneliti, tidak ada mutasi tunggal yang berdiri sendiri dalam menyebabkan penyakit. Perkembangan kanker lebih dipengaruhi oleh kombinasi berbagai mutasi.

"Temuan ini akan berpengaruh besar terhadap sistem pengobatan," tutur pemimpin studi Dr Peter Campbell dari Wellcome Trust Sanger Institute, seperti dikutip situs dailymail."Dengan mengidentifikasi semua gen-gen kanker kita bisa mengembangkan obat baru untuk mengatasi mutasi gen tertentu."
Mutasi dan kanker

Semua kanker, terang peneliti, disebabkan oleh kesalahan kode genetik, yaitu mutasi DNA yang bisa dipicu oleh agen-agen dari lingkungan.

Kanker, terang Futreal yang juga dari Wellcome Trust, akan muncul saat kontrol tingkah laku sel tidak bisa dikendalikan."Sel-sel akan tumbuh dengan cara, waktu, dan tempat yang tidak seharusnya."

"Sama seperti arkeolog, kami bisa mulai merekonstruksi sejarah kanker, membuka catatan paparan asap rokok di masa lalu dan melihat kerusakan yang terakumulasi di genom."

Peneliti berharap temuan ini bisa membantu mereka memahami penyebab kanker dan mengembangkan sistem pengobatan baru. (OL-08)
Sumber: Media Indonesia.com Senin, 04 Januari 2010 09:00 WIB

Sabtu, Januari 02, 2010

:: Kapan suatu Dosa menjadi Besar? ::


Ketika hendak melakukan dosa, janganlah melihat kepada kecilnya dosa.
Namun lihatlah, kepada siapa dia berbuat dosa? Patutkah bagi seseorang
yang diciptakan dan diberi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala sarana yang
lengkap dan cukup, lantas melanggar larangan-Nya? !

Sesungguhnya suatu dosa bisa menjadi besar karena hal-hal berikut:
1. Dosa yang dilakukan secara rutin. Sehingga dahulu dikatakan: "Tidak ada
dosa kecil jika dilakukan terus menerus, dan tidak ada dosa besar jika
diikuti istighfar (permintaan ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala)."

2. Menganggap remeh suatu dosa. Ketika seorang hamba menganggap besar dosa
yang dilakukannya maka menjadi kecil di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Namun jika ia menganggap kecil maka menjadi besar di sisi Allah Subhanahu
wa Ta'ala. Disebutkan dalam suatu atsar bahwa seorang mukmin melihat
dosa-dosanya laksana dia duduk di bawah gunung di mana ia khawatir gunung
itu akan menimpanya. Sedangkan orang durhaka melihat dosa-dosanya seperti
lalat yang hinggap di hidungnya lalu dia halau dengan tangannya. (Shahih
Al-Bukhari no. 6308)

3. Bangga dengan dosa yang dilakukannya serta menganggap bisa melakukan
dosa sebagai suatu nikmat. Setiap kali seorang hamba menganggap manis
suatu dosa, maka menjadi besar kemaksiatannya serta besar pula pengaruhnya
dalam menghitamkan hati. Karena setiap kali seorang berbuat dosa, akan
dititik hitam pada hatinya.

4. Menganggap ringan suatu dosa karena mengira ditutupi oleh Allah
Subhanahu wa Ta'ala dan diberi tangguh serta tidak segera dibeberkan atau
diadzab. Orang yang seperti ini tidak tahu bahwa ditangguhkannya adzab
adalah agar bertambah dosanya.

5. Sengaja menampakkan dosa di mana sebelumnya tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala, sehingga mendorong orang
yang pada dirinya ada bibit–bibit kejahatan untuk ikut melakukannya.
Demikian pula orang yang sengaja berbuat maksiat di hadapan orang.

"Semua umatku dimaafkan oleh Allah kecuali orang yang berbuat (maksiat)
terang-terangan. Dan di antara bentuk menampakkan maksiat adalah seorang
melakukan pada malam hari perbuatan (dosa) dan berada di pagi hari Allah
menutupi (tidak membeberkan) dosanya lalu dia berkata: 'Wahai Si fulan,
tadi malam aku melakukan begini dan begini.' Padahal dia berada di malam
hari ditutupi oleh Rabbnya namun di pagi hari ia membuka apa yang Allah
Subhanahu wa Ta'ala tutupi darinya." (HR. Al-Bukhari no. 6069 dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu)

Ibnu Baththal rahimahullahu mengatakan: "Menampakkan maksiat merupakan
bentuk pelecehan terhadap hak Allah Subhanahu wa Ta'ala, Rasul-Nya, dan
orang–orang shalih dari kaum mukminin…" (Fathul Bari, 10/486)
Sebagian salaf mengatakan: "Janganlah kamu berbuat dosa. Jika memang
terpaksa melakukannya, maka jangan kamu mendorong orang lain kepadanya,
nantinya kamu melakukan dua dosa."

"Orang–orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian
yang lain adalah sama, mereka menyuruh berbuat yang mungkar dan melarang
berbuat yang ma'ruf." (At-Taubah: 67)

6. Dosa menjadi besar jika dilakukan seorang yang alim (berilmu) yang
menjadi panutan. (Lihat Taujihul Muslimin ila Thariq An-Nashri Wat Tamkin
hal. 29-32 karya Muhammad Jamil Zainu)

Dikutip dari
http://www.majalahs yariah.com/ syariah.php? menu=detil& id_online= 619