"Menurut peneliti dari Lembaga Eijkman Herawati Sudoyo, pada kondisi tertentu bakteri itu memang bisa tumbuh di produk lain. Penelitian Meng dkk di China menunjukkan, B cocovenenans ditemukan di tepung jagung yang difermentasi serta jamur putih (Tremella faciformis) yang membusuk.
Herawati menjelaskan, racun B cocovenenans, yaitu asam bongkrek dan toksoflavin, menghambat rantai respirasi pada mitokondria sehingga produksi Adenosine triphosphate (ATP) terganggu dan energi bagi sel tidak terbentuk. Akibatnya, sel jaringan tubuh rusak. Hal itu tampak dari hasil otopsi korban yang menunjukkan kegagalan multiorgan. Gejala klinis keracunan asam bongkrek sama seperti yang diderita para korban, yaitu pusing, mual, muntah, kemudian meninggal.
Kasus keracunan gembus atau bongkrek, dalam sejarah sosial kita, mengindikasikan satu kecenderungan yang konstan: kemiskinan.
Namun, supaya tetap ilmiah, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman masih akan mengidentifikasi DNA bakteri itu."
regards,
ardy
sumber kompas.com edisi 2 agustus 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar