Rabu, Mei 21, 2008

Pemanfaatan Produk Fermentasi Lumpur Sawit untuk Ransum Unggas

Bayu Nugroho (0511030019)

Indra Setiawan (0511030037)

Lia Isvaricha N. (0511030041)

Yogha Asmara W (0511033024)

Salah satu usaha untuk meningkatkan nilai gizi lumpur sawit agar bisa digunakan untuk makanan ternak adalah melalui proses fermentasi. Produk fermentasi lumpur sawit (FLS) kering dapat diberikan dalam ransum ayam broiler hingga 10% dan dalam ransum itik hingga 15%. Produk Fermentasi ini mempunyai kandungan protein kasar dan protein sejati yang lebih tinggi dari bahan asalnya. Di samping itu, produk fermentasi juga mengandung berbagai enzim. Aktivitas enzim pada produk fermentasi merupakan hal yang positif karena dapat membantu pencernaan pakan. Proses fermentasi lumpur sawit yang dikembangkan di Balai Penelitian Ternak adalah dengan proses fermentasi substrat padat. Dengan proses ini, produk akhir fermentasi mengandung kadar air sekitar 40%, sehingga perlu dikeringkan sebelum digunakan. Akan tetapi, selama proses pengeringan seringkali terjadi perubahan nilai gizi sesuatu bahan.

Diketahui bahwa pengeringan (terutama dengan pemanasan) dapat menyebabkan penurunan kadar protein suatu bahan sebagai akibat adanya perubahan molekul protein karena pemanasan berupa agregasi dan degradasi molekul. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pengeringan dengan oven (600 C) menyebabkan antara lain penurunan kadar protein sejati FLS dari 22 menjadi 18,5%, daya cerna bahan kering in vitro dari 35,7 menjadi 32,1%, dan daya cerna protein dari 44,2 menjadi 37,8%. Juga melaporkan adanya penurunan aktivitas enzim mananase dari 320,7 u/g BK menjadi 210 u/g BK dan enzim selulase dari 41,4 u/g BK menjadi 16,5 u/g BK sebagai akibat proses pengeringan. Padahal kedua enzim ini sangat diharapkan dapat membantu memecah serat dalam pakan ternak sehingga meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Dari penelitian terdahulu juga telah dibuktikan bahwa ransum yang tidak memakai FLS lebih rendah kadar gizi dan volume konsumsi unggas daripada dengan pencampuran FLS dalam ransum, dan dari 2 perlakuan ransum yang memakai FLS basah lebih tinggi volume konsumsi unggas daripada pemakaian FLS kering. Hal ini memberikan kondisi Pertambahan bobot badan unggas yang lebih besar

13 komentar:

Anonim mengatakan...

YETI KRISTININGRUM 0511033023

proses pengeringan pada penelitian ini menggunakan oven.Tapi, pengeringan dengan oven ini banyak kandungan vitamin yang hilang.
Apakah proses pengeringan dapat dilakukan dengan sinar matahari?dan bagaimana pengaruhnya?

Anonim mengatakan...

Indah Susanti (0511030036)
Assalamu'allaykum Wr.Wb,salah satu hal yang saya tanyakan adalah tentang lumpur sawit, mungkin dari kelompok anda bisa menjelaskan lebih lanjut mengenai lumpur sawit itu apa? apa lumpur sawit itu merupakan limbah dari proses pembuatan minyak kelapa sawit atau bagaimana dan mengapa menggunakan lumpur sawit untuk ransum unggas? terus terang saja saya sendiri istilah lumpur sawit itu baru saya dengar kali ini.Terima kasih
Wassalamu'allaykum Wr.Wb

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
DYAH KUSUMA mengatakan...

Saya kurang jelas mengenai produk fermentasi lumpur sawit itu sebenarnya apa dan seperti apa? Bagaimana proses produksinya? Mengapa perlu diberikan pada unggas?

DYAH KUSUMA mengatakan...

DYAH KUSUMA W. (0511033008)

Saya kurang jelas mengenai produk fermentasi lumpur sawit itu sebenarnya apa dan seperti? Bagaimana proses produksinya? Mengapa perlu diberikan pada unggas?

Coffee mengatakan...

Aulia Aziz (Nim: 0611032005)
Berbicara masalah lumpu? Dalam industry penggolahan kelapa sawit; terdapat dua bentuk jenis lumpur yang di peroleh. Pertama, Lumpur minyak sawit adalah larutan terbuang yang dihasilkan selama proses pemerasan dan ekstraksi minyak. Kedua lumpur yang di peroleh dari hasil endapan limbah kelapa sawit dalam kolam penampungan limbah. Pada konteks artikel ini, lumpur yang dapat di jadikan Ransum unggas adalah lumpur yang terdapat pada minyak sawit atau lumpur yang terdapat pada endapan kolam penampungan (lumpur aktif).
Ada satu hal yang perlu di perjelas pada artikel ini adalah: formulasi ransum ternak untuk pakan unggas yang akan diberikan berapa (%)? Dan seberapa daya cerna pakan dengan konsentrat yang kualitas tinggi.
Terima kasih.

Anonim mengatakan...

Aulia Aziz (Nim: 0611032005)
Berbicara masalah lumpu? Dalam industry penggolahan kelapa sawit; terdapat dua bentuk jenis lumpur yang di peroleh. Pertama, Lumpur minyak sawit adalah larutan terbuang yang dihasilkan selama proses pemerasan dan ekstraksi minyak. Kedua lumpur yang di peroleh dari hasil endapan limbah kelapa sawit dalam kolam penampungan limbah. Pada konteks artikel ini, lumpur yang dapat di jadikan Ransum unggas adalah lumpur yang terdapat pada minyak sawit atau lumpur yang terdapat pada endapan kolam penampungan (lumpur aktif).
Ada satu hal yang perlu di perjelas pada artikel ini adalah: formulasi ransum ternak untuk pakan unggas yang akan diberikan berapa (%)? Dan seberapa daya cerna pakan dengan konsentrat yang kualitas tinggi.
Terima kasih.

Anonim mengatakan...

Nina Eka jayanti (0511030056)

saya mau tanya produk sepeti apa sebernya lumpur sawit itu?? bentuk produknya seperti apa???
sepengetahuan saya buah sawit itu mahal harganya, apa nanti setelah dibuat ransum untuk unggas harganya tidak tambah mahal??
terimakasih

Anonim mengatakan...

Nina Eka jayanti (0511030056)

saya mau tanya produk sepeti apa sebernya lumpur sawit itu?? bentuk produknya seperti apa???
sepengetahuan saya buah sawit itu mahal harganya, apa nanti setelah dibuat ransum untuk unggas harganya tidak tambah mahal??
terimakasih

Anonim mengatakan...

bayu nugroho(0511030019)

terima kasih atas pertanyaannya.
saya akan coba menjawabnya
1.Proses pengolahan lanjutan adalah dengan pencampuran antara dedak dengan lumpur sawit yang telah kering. Untuk mengetahui respon dari pencernaan unggas dilakukan analisa sebagai berikut :
Zat makanan yang dimakan – zat makanan dalam feses x 100%
Zat makanan yang dimakan

2.Menurut literature yang ada, formulasi untuk pakan ternak adalah 45%-60% lumpur sawit kering dan 40%-55% dedak. Dengan formulasi tersebut didapatkan tingkat kecernaan dari 75,52% hingga 75,91%. Sedangkan untuk unggas kami belum tahu berapa prosentasenya.

3.Harga lumpur sawit sangat berbanding terbalik dengan hasil olahan kelapa sawit lainnya. Menurut literature yang kami dapatkan, disebutkan bahwa untuk mengambil lumpur sawit pada pabrik pengolahan kelapa sawit tidak dikenakan biaya atau gratis. Jadi, harga dari produk olahannya diperkirakan masih terjangkau para peternak.

terima kasih

Anonim mengatakan...

bayu nugroho 0511030019

berikut jawaban dari pertanyaan teman - teman

1.Proses pengolahan lanjutan adalah dengan pencampuran antara dedak dengan lumpur sawit yang telah kering. Untuk mengetahui respon dari pencernaan unggas dilakukan analisa sebagai berikut :
Zat makanan yang dimakan – zat makanan dalam feses x 100%
Zat makanan yang dimakan
2.Menurut literature yang ada, formulasi untuk pakan ternak adalah 45%-60% lumpur sawit kering dan 40%-55% dedak. Dengan formulasi tersebut didapatkan tingkat kecernaan dari 75,52% hingga 75,91%. Sedangkan untuk unggas kami belum tahu berapa prosentasenya.
3.Harga lumpur sawit sangat berbanding terbalik dengan hasil olahan kelapa sawit lainnya. Menurut literature yang kami dapatkan, disebutkan bahwa untuk mengambil lumpur sawit pada pabrik pengolahan kelapa sawit tidak dikenakan biaya atau gratis. Jadi, harga dari produk olahannya diperkirakan masih terjangkau para peternak.

Anonim mengatakan...

lia isvaricha 0511030041

berikut jawaban dari sebagian peertanyaan yang telah disampaikan

1. Apabila pengeringan menggunakan sinar matahari maka akan sepenuhnya bergantung pada cuaca dan lingkungan tempat pengeringan. Sedangkan kami menggunakan oven dikarenakan mudah dilakukan pengaturan faktor – faktor yang mempengaruhi pengeringan. Diharapkan dengan paengaturan lingkungan pengeringan hingga titik optimal akan mendapatkan produk yang baik
2. Lumpur minyak sawit merupakan hasil ekstraksi minyak sawit dan belum dimanfaatkan sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Lumpur sawit berbentuk seperti lumpur pada umumnya, karena terbentuk akibat dari endapan.
Penggunaan lumpur sawit dikarenakan lumpur minyak sawit mempunyai potensi yang cukup besar sebagai bahan pakan ternak ruminansia dengan kandungan bahan kering 81,56%, protein kasar 12,63%, serat kasar 9,98%, lamak kasar 7,12%, kalsium 0,03%, fosfor 0,003%, dan energi 154 kal/100g. kandungan diatas belum bisa sepenuhnya dicerna oleh unggas, maka perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut.

Nugraha Adhya Pratama mengatakan...

Saya tertarik dengan pemaparan saudara, tentang Lumpur sawit.
Saya tertarik untuk mengetahui lebih dalam, untuk itu saya ingin bertanya tentang ;
1. Kandungan apa saja yang terdapat dalam lumpur sawit,yang menjadi dasar pengolahan lumpur sawit ini?
2. lumpur sawit yang mana yang anda ambil sebagai bahan dasar produk fermentasi tersebut, yang dari kolam limbah yang berupa endapan or yang ada pada tanki kalrifikasi pada proses pengolahan CPO ?