Rabu, Mei 21, 2008

KEMAMPUAN BAKTERI Acetobacter xylinum MENGUBAH KARBOHIDRAT PADA LIMBAH PADI (BEKATUL) MENJADI SELLULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU KERTAS

JOHANA ROSANTY S 0411033010
NANDIYA R. SAPUTRI 0411033013
SAVITRI WINAWATI 0411033022
ATIKA RETNO U 0511030016

Bekatul adalah salah satu limbah penggilingan padi. Walaupun merupakan limbah dari penyosohan padi, kandungan gizi dan komposisi kimia bekatul cukup tinggi: protein 11,3-14,4%, lemak 15,0-19,7%, serat kasar 7,0-11,4%, karbohidrat 34,1-52,3% (Lubis et al., 2002). Terlihat bahwa bekatul banyak mengandung karbohidrat. Telah banyak proses fermentasi yang dilakukan pada limbah yang mengandung karbohidrat. Karbohidrat sebagai salah satu nutrisi yang dapat memacu pertumbuhan Acetobacter xylinum.
Acetobacter xylinum dapat membentuk selulosa pada nata de coco karena ada kandungan karbohidrat pada nata. Maka Acetobacter xylinum juga dapat membentuk selulosa pada bekatul karena terdapat banyak karbohidrat pada bekatul. Selulosa untuk pembuatan kertas tidak bisa lagi selalu diambil dari kayu, maka kita manfaatkan selulosa yang dihasilkan dari limbah. Selulosa yang terbentuk dari bekatul dapat kita manfaatkan sebagai selulosa untuk pembuatan kertas, sehingga selulosa untuk kertas tidak lagi diambil dari kayu.
Pada bekatul terdapat nutrisi-nutrisi yang dapat membuat Acetobacter xylinum tumbuh dan membentuk selulosa. Acetobacter xylinum menghasilkan selulosa sebagai produk metabolit sekunder, sedangkan produk metabolit primernya adalah asam asetat. Semakin banyak kadar nutrisi, semakin besar kemampuan menumbuhkan bakteri tersebut maka semakin banyak Acetobacter xylinum dan semakin banyak selulosa yang terbentuk. Faktor-faktor pertumbuhan yang mempengaruhi kemampuan Acetobacter xylinum menghasilkan selulosa selain ketersediaan nutrien pada medium, juga pH medium antara 3-6, suhu lingkungan antara 20 - 28°C (Fardiaz, 1992). Selain itu, ketersediaan sumber karbon erat sekali dengan kandungan karbohidrat. Dengan demikian biosintesis selulosa akan meningkat seiring meningkatnya jumlah karbohidrat yang diubah.
Selulosa yang dihasilkan Acetobacter xylinum dapat diatur ketebalannya sehingga dapat digunakan untuk pembuatan kertas. Karbohidrat pada medium dipecah menjadi glukosa yang kemudian berikatan dengan asam lemak (Guanosin trifosfat) membentuk prekursor penciri selulosa oleh enzim selulosa sintetase, kemudian dikeluarkan ke lingkungan membentuk jalinan selulosa pada permukaan medium. Pengaturan ketebalan selulosa dilakukan dengan menambahkan bekatul pada medium fermentasi. Semakin banyak nutrien yang tersedia, yaitu kadar glukosa pada medium, maka semakin banyak dan tebal pula jalinan-jalinan selulosa yang dihasilkan.
Dengan adanya perkembangan produk fermentasi seperti ini, diharapkan masyarkat Indonesia dapat memanfaatkan dengan baik. Karena bahan baku bekatul sangat mudah ditemukan di Indonesia. Apabila teknologi ini dapat dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin, maka diharapkan dapat menghemat selulosa dari kayu, yang selama ini dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas.
Bagaimana, apakah anda tertarik untuk mencobanya?

8 komentar:

Anonim mengatakan...

Aldila Rahmawati (0511033001)

adakah perbedaan antara selulosa yang berasal dari kayu dengan selulosa yang dihasilkan oleh Acetobacter xylinum dari limbah bekatul?jika ada apa perbedaannya?tolong dijelaskan juga cara fermentasi yang dilakukan beserta alat yang digunakan.

Anonim mengatakan...

Nila Fitrya Dewi 0511030055
Pada bekatul terdapat nutrisi-nutrisi yang dapat membuat Acetobacter xylinum tumbuh dan membentuk selulosa. Selain karbohidrat, nutrisi penting apa lagi yang ada dalam bekatul sehingga dapat menghasilkan selulosa?
Judul artikel anda adalah “KEMAMPUAN BAKTERI Acetobacter xylinum MENGUBAH KARBOHIDRAT PADA LIMBAH PADI (BEKATUL) MENJADI SELLULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU KERTAS”. Kemampuan bakteri seperti apa yang ingin anda kemukakan dalam artikel tersebut?

Anonim mengatakan...

wawan wahyudiono (0511030075)
Acetobacter xylinum menghasilkan selulosa sebagai produk metabolit sekunder, sedangkan produk metabolit primernya adalah asam asetat.pada statement ini berdasarkan teori yang prenah saya pelajari asam asetat sebagai produk metabolit sekunder dan selulosa sebgai produk metabolit primer
yan ingin saya tanyakan juga melalui proses apa pemanfaatan limbah bekatul oleh Acetobacter xylinum dapat menjadi produk kertas dan bagaimana mengoptimalkan kinerja bakteri ini?

Anonim mengatakan...

Saya ada 2 pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan "prekursor penciri selulosa"?
2. Apakah selulosa pada bekatul sudah mencukupi bila digunakan sebagai bahan pembuatan kertas? Bagaimana dengan kualitas kertas yang dihasilkannya?

Eva Novitasari Watin (0511030028)

Anonim mengatakan...

Assalamu'allaykum
yang saya tanyakan disini adalah parameter-parameter apa yang anda gunakan untuk mengetahui kemampuan bakteri Acetobacter xylinum untuk mengubah karbohitar pada limbah padi (bekatul)menjadi selulosa sebagai bahan baku kertas ini?
Terima kasih.
Indah Susanti (0511030036)

Anonim mengatakan...

INDRA SETIAWAN
0511030037

kita ketahui bahwa sumber karbohidrat utama bagi kita adalah serealia dan umbi-umbian.apakah bakteri Acetobacter xylinum dapat pula merubah karbohidrat pada serealia dan umbi umbian menjadi selulosa sebagai bahan baku alternatif untuk kertas?

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum.
Bapak yang terhormat, saya sekarang baru mengembangkan nata de soya. namun yang jadi maslah adalah ketebalan yang sulit dicapai, hanya kisaran 1cm. dan sangat lembek.kurang kenyal seperti nata de coco. mohon bantuan sarannya. Wassalam

nurhidayat mengatakan...

cobalah campur dulu dengan air kelapa. kemungkinan starter anda kurang bagus mungkin perlu diganti