HD. Iriyanto
(Inspirator Metamorphosis; Dosen STMIK AMIKOM Yogyakarta)
Salam Metamorfosa, Salam Perubahan…
Sabtu malam, 29 Oktober 2011. Bertempat di MT. Haryono Square Jakarta, saya dan beberapa rekan lain dari berbagai daerah di seluruh Indonesia, diundang untuk menerima anugerah dari PT. Cordova Indonesia. Di backdrop yang berwarna merah putih terpampang tulisan yang menggugah, ‘We Are Entrepreneur Nation.’ Iringan musik yang disajikan sebelum acara dimulai, kental dengan nuansa nusantara. Ada irama Melayu, Sunda, Jawa, dan lain-lain.
Malam itu memang terasa Indonesia banget. Lagu Indonesia Raya berkumandang mengawali acara. Begitu pula lagu-lagu wajib selalu mengiringi acara penganugerahan, saat satu persatu peserta dipanggil untuk tampil di panggung menerima penyematan pin dan karangan bunga. Dalam kata sambutannya, Presiden Direktur PT. Cordova Indonesia, mengungkapkan bahwa apa yang sedang kami lakukan bukanlah sekedar menjalankan bisnis. Tetapi sedang bersama-sama membangun karakter. Yakni membangun karakter sebagai bangsa pengusaha.
Para pembaca yang siap berubah menjadi lebih baik…
Mentransformasi karakter diri sebagai bangsa wirausaha, yang lebih kreatif, lebih ulet dan lebih produktif, memang terasa menjadi kian mendesak. Bukan saja karena rasio jumlah wirausaha dengan jumlah penduduk masih sangat minim, tetapi juga karena selama ini kita terus terlena dan terninabobokkan sebagai bangsa konsumtif. Akibatnya kita terus-terusan menjadi pasar dan sasaran tembak yang empuk bagi produk-produk asing.
Proses transformasi karakter dari pembeli ke penjual, dari konsumtif ke produktif, tentu saja tidak seperti membalik telapak tangan. Ia selalu membutuhkan waktu. Tetapi berusaha untuk meningkatkan akselerasi juga menjadi sebuah pilihan yang mungkin saja kita lakukan. Lalu dari mana proses akselerasi itu kita mulai?
Pertama, tentu saja dari lingkungan keluarga. Mental dan jiwa wirausaha harus terus diajarkan dan diajakkan oleh setiap orangtua kepada anak-anaknya. Sehingga orangtua tidak perlu malu jika, misalnya, anaknya pergi ke sekolah sambil berjualan sesuatu.
Yang kedua adalah lingkungan pendidikan, baik formal maupun non formal. Ini berarti sejak PAUD hingga Perguruan Tinggi, sejak sekolah umum sampai dengan sekolah alternatif, sama-sama memiliki peran yang strategis dalam mewujudkan karakter anak didik sebagai bangsa wirausaha. Dari aspek kurikulum maupun praktek pembelajaran, harus saling menguatkan, agar mental dan jiwa wirausaha menjadi kian dimiliki oleh peserta didik.
Dan yang ketiga harus ditumbuhsuburkan di lingkungan birokrasi pemerintahan dan dunia perbankan. Dukungan dalam bentuk kebijakan atau peraturan yang memberi kemudahan akses permodalan dan pemasaran produk/jasa kepada para wirausaha, harus terus diperkuat secara sungguh-sungguh. Khususnya kepada para wirausaha yang secara riil berupaya untuk mengangkat daya saing produk lokal terhadap produk-produk asing. Dengan demikian, ketika Presiden meminta jajaran TNI untuk melengkapi alutsista (alat utama sistem senjata) dengan produk-produk bangsa sendiri saat berkunjung ke PT. Dirgantara Indonesia, pantas untuk kita beri dukungan sepenuhnya. Keep spirit & be better.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar