Rabu, Desember 24, 2008
Cerita tentang nata dan ZA
Saya baru tahu kalau dari pupuk ZA (Zwavelzuur Amonia - Belanda) = (Ammonium Sulphate) dapat untuk memproses nata de coco (padahal saya kerja di pabrik pupuk ini sudah puluhan tahun). Ini ceritanya; kemarin, saya kebagian jaga stand di Agro & Food Expo di JCC. Persis di depan stand perusahaan saya adalah stand perusahaan minuman yang dikemas dalam gelas
lastik: ada rasa orange, kopi, teh dan nata decoco. Selain jual minuman, dia juga jual bahan-bahan kimia (entah apa saja namanya, saya lupa) tapi salah satunya adalah pupuk ZA. Sebenarnya saya heran juga, apa korelasi minuman dengan bahan kimia tersebut? Dapat dari mana dia pupuk ZA, wong pabrik pupuk ZA satu-satunya di Indonesia hanya perusahaan tempat saya kerja. Ketika tahu di stand saya juga dipajang pupuk ZA, sang boss (cewek) mulai tanya2 kepada saya, bahkan sempat cerita rencana untuk mendirikan pabrik pupuk ZA. Sebagai seorang sales promotion yang baik, tentu saya berusaha mencegah semampu saya agar
dia mengurungkan niat untuk mendirikan pabrik tersebut. Tujuan saya cuma satu: kamu enggak usah jadi pesaing saya, beli saja dari saya. (Bener nggak?) Singkat cerita, setiap hari saya dapat jatah satu gelas gratis nata de coco yang memang paling saya suka. Demi "hubungan baik", ketika expo bubar, saya beli satu doz buat oleh-oleh anak saya di rumah. Nah, ini yang
baru saya sadari: setelah itu minuman habis dikeroyok oleh ketiga anak saya, di malam harinya si bungsu mulai batuk2. Pagi harinya, suhu badannya meningkat, frekuensi batuk semakin sering disertai bunyi nafas yang grok-grok. Ketika email ini saya buka, seorang teman yang juga membelikan oleh2 buat anaknya, saya tanya kemungkinan mengalami hal seperti anak saya. Jawabnya sama persis, si bungsunya (umurnya hampir sama dengan umur bungsu saya) juga mengalami hal yang sama. Be careful... Tahukah anda bahwa: Nata de coco merupakan hasil
fermentasi air kelapa. Ini OK dan aman. Namun ternyata para pembuat nata de coco mempercepat produksi dengan menambahkan pupuk ZA yang sebenarnya tidak layak untuk food production. Perusahaan besar seperti Sari Coco, dsb. yang dijual di pasar grosir, mengumpulkan produk dari pembuat nata de coco rumah tangga dan lalu mengemasnya menjadi menarik. Catatan (*): Saya sempat cross-check pada karyawan saya yang mempunyai usaha Nata de Coco bahwa betul dipakainya bahan campuran pupuk ZA (Zink Amonia) untuk mempercepat proses fermentasi, dengan takaran : 90 litre air @ 250 ml pupuk ZA.
nama pengirim: Iwan Purwantono
komentar:
yang salah bukan di nata de coconya bos ZA, tapi pemanis yang digunakan untuk membuat sirup pada nata tadi.
nata pada dasarnya setelah fermentasi kemudian dicuci mestinya hanyalah selulosa yang membawa air. nah diperdagangan banyak nata dijual dalam bentuk kotak-kotak kecil dengan cairan sirup (ini yang harus diwapadai). baiknya beli saja nata utuh lalu dicuci dan dipotong sendiri beri sirup sendiri. dulu saya pernah jual nata utuh malah laris. sekarang tidak lagi. sama seperti alasan panjenengan. supaya tidak saingan dengan produsen nata.
maklum saya juga punya binaan nata di jember jadi salahkan gula yang dipakai untuk sirup di cairan nata itu nggih.
salam
mugi-mugi bos tidak salah tafsir
amiin
Selasa, Desember 23, 2008
Selamat pada Prof. Sri Kumalaningsih
berikut beritanya dari berita sore.com
Peringatan Hari Ibu tahun 2008 bertema “Dengan Semangat Satu Abad Kebangkitan Nasional, Kita Tingkatkan Kiprah Perempuan Indonesia Dalam Membangun Karakter dan Pekerti Bangsa Menuju Indonesia Yang Adil, Demokratis, dan Sejahtera”.
Dalam acara tersebut Presiden didampingi oleh Ibu Ani Yudhoyono, Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Ibu Mufidah Kalla. Menurut keterangan dari Humas Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, tema peringatan Hari Ibu kali ini sekaligus menunjukkan peran perempuan bukan hanya sebagai seorang ibu namun juga pendidik utama dalam keluarga.
Peringatan Hari Ibu merujuk pada dimulainya Kongres I Perserikatan Perempuan Indonesia pada 22 Desember 1928 dimana perempuan Indonesia menunjukkan perannya untuk mewujudkan Indonesia merdeka serta mempertahankannya.
Pada acara itu juga akan diserahkan penghargaan kepada tiga tokoh perempuan yaitu Prof. Dr. Ir. Sri Kumalaningsih, M.App, Sc (guru besar Universitas Brawijaya Malang) sebagai tokoh berprestasi dalam bidang pengembangan teknologi pangan tradisional dari potensi daerah lokal.
dari harian kompas.com
Penghargaan
Presiden Yudhoyono pun menyerahkan Anugerah Parahita Ekapraya (APE) yang diberikan kepada pemerintah provinsi, kabupaten/kota yang melaksanakan strategi pengarusutamaan gender, y akni untuk tingkat provinsi: Jawa Tengah (APE Utama), Lampung (APE Utama), Jawa Timur (APE Utama), Kalimantan Barat (APE Utama), Sumatera Barat (APE Utama), Banten (APE Madya), Jambi (APE Madya) dan Kepulauan Riau (APE Pratama).
Untuk tingkat kabupaten/kota yang mendapat penghargaan APE Utama yakni kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Brebes, Kabupaten Sragen, Kabupaten Tulungagung, dan kota Magelang. Sedangkan penghargaan APE Madya untuk Kabupaten Malang dan Kabupaten Bandung.
Di tingkat pusat, penghargaan APE Pratama diberikan kepada Kejaksaan Agung, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Departemen Pekerjaan Umum.
Sementara itu, Menneg PP Meutia Hatta menyerahkan penghargaan untuk tiga tokoh perempuan berprestasi yaitu, Prof Dr Ir Sri Kumalaningsih M.App,Sc (pengembangan teknologi pangan), Iravati M Sudiarso (berprestasi dan pendidik di bidang seni musik), Trisutji Djuliati Kamal (pianis-komponis).
Jumat, Desember 12, 2008
Pelatihan Budidaya jamur di Jogja
Banyak di antara pengunjung blog ini yang menanyakan berbagai hal tentang jamur tiram, mulai dari mencari bibit hingga pemasarannya. Banyak pula yang telah memberi komentar untuk menjawab pertanyaan atau memberi informasi bahkan menjadi penyalur atau menerima kiriman jamur. Sayang tidak semua pengunjung mau membaca seluruh komentar yang isinya bahkan lebih penting dari tulisan itu sendiri, sehingga sering pertanyaan yang sama diajukan ulang.
Untuk menambah tulisan agar sedikit membantu teman-teman yang ada di Jogja dan sekitarnya maka pada tulisan ini kamu muat profil tempat pelatihan jamur dari jogja. Bagi teman-teman yang juga memiliki tempat pelatihan tentang jamur atau yang lainnya ang dapat membantu saudara-saudara kita mengembangkan usaha kami persilahkan membuat artikel pendek untuk kami muat sebagai tulisan (anggaplah sebagai media promosi) yang tidak perlu bayar.
Kali ini yang kita promosikan adalah pelatihan jamur dari Bapak Ratudjo, pria kelahiran Singojayan Yogyakarta 64 tahun lalu. Beliau tinggal di Dusun Miron Desa Pandowoharjo Sleman, 800 meter dari Jalan Magelang (perempatan Beran). Bersama istrinya beliau membuka rumah makan ”jejamuran” yang memiliki banyak penggemar.
Di belakang rumahnya ada dua kubung (rumah jamur) ukuran besar untuk percontohan budidaya jamur. Disebelahnya ada ruang untuk melakukan pembibitan.
Usaha beliau semula adalah prmbibitan jamur. Agar usahanya laku maka beliau membuat percontohan budidaya. Setelah banyak petani yang melakukan budidaya beliau melihat petani kesulitan dalam pemasaran, harga lebih ditentukan oleh tengkulak sehingga petani sering rugi. Lalu beliau membuka usaha rumah makan untuk menampung hasil budidaya petani sekitar.
Tempat pelatihan beliau adalah Pusat Pendidikan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Volva Indonesia. Di tempat sahanya selain dilakukan pelatihan pembibitan, budidaya juga pasca panen.
Anda berminat?
Kamis, Desember 04, 2008
Ragi Tape
Starter yang digunakan untuk produksi tape disebut ragi, yang umumnya berbentuk bulat pipih dengan diameter 4 – 6 cm dan ketebalan 0,5 cm. Tidak diperlukan peralatan khusus untuk produksi ragi, tetapi formulasi bahan yang digunakan umumnya tetap menjadi rahasia setiap pengusaha ragi.
Tepung beras yang bersih dicampur dengan air untuk membentuk pasta dan dibentuk pipih dengan tangan, kemudian diletakkan di atas nyiru yang dilambari merang dan ditutup dengan kain saring. Organisme akan tumbuh secara alami pada pasta ini pada suhu ruang dalam waktu 2 – 5 hari.
Beberapa pengusaha menambahkan rempah-rempah atau bumbu untuk mendukung pertumbuhan mikroorganisme yang diharapkan. Penambahan sari tebu juga dilakukan untuk menambah gula.
Ragi dipanen setelah 2 – 5 hari tergantung dari suhu dan kelembapan. Produk akhir akan berbentuk pipih kering dan dapat disimpan dalam waktu lama. Tidak ada faktor-faktor lingkungan yang dikendalikan. Mikroorganisme yang diharapkan maupun kontaminan dapat tumbuh bersama-sama. Pada lingkungan pabrik ragi, mikroflora yang ada telah didominasi mikrobia ragi. Namun demikian, ragi yang dibuat pada musim hujan akan dijumpai Mucor sp dan Rhizopus sp dalam jumlah yang lebih banyak dan dibutuhkan waktu pengeringan yang lebih lama.